Perdagangan orang: Kisah pengantin baru asal Jakarta yang terperangkap di Thailand
Pengantin baru asal Jakarta yang semestinya sedang menikmati bulan madu, justru terjebak dalam sindikat perdagangan orang, dijual…
Setiap hari mereka menyaksikan orang-orang yang "dipukul sampai berdarah-darah" dan dijemur di bawah terik matahari "dari jam 12 siang, sampai jam 4 sore".
Pemandangan mengerikan ini, membuat tim David dan Joy tak punya pilihan untuk mengikuti semua perintah perusahaan untuk terus bekerja, dengan jeda tidur selama tiga jam.
"Ya, kita juga ada baiknya cari aman menghindari hukuman," kata David.
Dua bulan bekerja di sebuah kompleks tertutup di Tachileik yang berisi "belasan perusahaan", David, Joy, dan timnya kemudian mengaku dijual ke perusahaan lain.
"Awalnya kita tidak tahu dijual lagi. Katanya, ini bos perusahaan ada cekcok. Jadi terpaksa kita harus pindah. Ya sudah, semuanya pindah," kata Joy yang mengatakan tidak diberitahu akan ke mana mereka dipindahkan.
Tapi belakangan diketahui, lokasi perusahaan kedua berada di Kota Myawaddy, bagian selatan Myanmar dengan perjalanan darat hampir 10 jam, atau sekitar 524 kilometer dari Tachileik.
Namun, untuk menuju kawasan tertutup yang disebut "KK Park" di Myawaddy, tim David dan Joy harus melewati jalur negara Thailand.
Masuk penjara 'disuruh makan ketan banyak kutu'
Pada 20 Mei 2022, saat melintasi batas negara, keenam WNI ini ditangkap pihak imigrasi Thailand di Kota Chiang Rai. Mereka dituduh sebagai imigran ilegal karena tidak mengantongi paspor, dan harus mendekam di penjara selama 12 hari.
Masa-masa di dalam penjara ini disebut sebagai bagian perjalanan "paling parah" karena semua "tidak bisa ngomong sama siapa-siapa".
"12 hari di penjara itu sangat hina. Disuruh makan. Makanannya ketan, ketannya banyak kutu," kata David yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri.
Video terkait
Sampai tiba seorang petugas menyodorkan surat yang mengatakan pihak 'KBRI di Thailand' telah membebaskan mereka.
"Percaya dong. Tanda tangan surat keluar penjaranya itu. Kita tidak bisa komunikasi banyak juga dengan mereka karena keterbatasan bahasa.
"'Embassy, Embassy, you sign!' Oke, tanda tangan. Kita sudah dengar embassy senang dong," kata David menirukan momen berbincang dengan petugas saat itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.