Kamis, 2 Oktober 2025
Deutsche Welle

Gelombang Panas Berpotensi Ciptakan Kerugian Besar di India

Suhu ekstrem yang mencapai 45 derajat Celcius di India diyakini akan semakin marak dan intensif. Ilmuwan mengimbau pemerintah memperkuat…

Gelombang panas sehangat 45 derajat Celcius yang melanda India sejak beberapa pekan terakhir semakin membebani warga.

Sepanjang bulan Mei, Departemen Meteorologi India (IMD) sudah berulangkali menerbitkan peringatan bahaya panas di sejumlah negara bagian.

Suhu ekstrem diklaim belum akan menghilang hingga hujan datang.

Musim hujan diprediksi akan terlambat tahun ini dan baru akan tiba pada pekan pertama Juni. "Benar, temperatur di sejumlah tempat telah melampaui batas suhu panas normal," kata D S Pai, seorang ilmuwan di IMD.

Suhu udara saat ini memaksa sebagian besar warga berdiam di dalam rumah. Nasib berbeda dirasakan buruh miskin dan berupah rendah yang kebanyakan harus bekerja di udara terbuka.

Sebab itu, sektor konstruksi termasuk yang paling rentan terdampak gelombang panas.

"Sebagian besar populasi kami sangat rentan terhadap gelombang panas karena minimnya kepemilikan perlengkapan seperti penyejuk ruangan, serta rendahnya tingkat literasi dan akses air bersih dan sanitasi," ujar Sunita Narain, Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan lingkungan di New Delhi.

Gelombang panas ikut berimbas terhadap kesehatan penduduk. April silam, setidaknya 13 orang meninggal dunia, sementara 12 orang harus dirawat di rumah sakit lantaran terpapar suhu ekstrem.

Sebuah riset oleh sekelompok pakar meteorologi bahkan mencatat gelombang panas menyebabkan lebih dari 17.000 korban jiwa selama 50 tahun terakhir.

Prediksi dan tren masa depan

Musim panas di India berlangsung dari April hingga Juni. Namun temperatur rata-rata tercatat semakin tinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Faktanya, seluruh Asia Selatan dianggap sangat rentan terhadap dampak krisis iklim.

Awal bulan Mei lalu, lembaga akademis World Weather Attribution, menyimpulkan betapa potensi terjadinya gelombang panas di Asia Selatan meningkat 30 kali lipat akibat perubahan iklim.

Mereka mencatat, suhu rata-rata di kawasan padat penduduk itu sudah meningkat dua derajat Celcius dibandingkan temperatur dari era pra-industri.

Jika tren kenaikan temperatur rata-rata berlanjut, suhu udara akan sedemikian panas sehingga bisa mengganggu proses pendinginan alamiah di dalam tubuh, kata Krishna Achutarao, seorang professor di Pusat Ilmu Atmosfger di Indian Institute of Technology. Fenomena itu bisa mengarah pada stres dan keletihan akut, hingga kematian.

"Gelombang panas yang sekarang saja sudah mematikan, dan studi menunjukkan bahwa krisis iklim tidak hanya menaikkan temperatur, tetapi juga tingkat kelembapan, dengan indeks panas setinggi 2 derajat Celcius lebih panas ketimbang tanpa perubahan iklim," kata dia.

Solusi jangka panjang

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved