Organisasi HAM Internasional Diharap Beri Perhatian Terhadap Kondisi Perempuan Tibet
Para pakar PBB mengajukan banyak pertanyaan kepada delegasi China mengenai situasi perempuan di China dan wilayah di bawah kendalinya termasuk Tibet
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konvensi Internasional Convention on Elimination of All Form of Discrimination Against Women (CEDAW) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan kunjungan ke China beberapa waktu lalu guna melihat langsung kondisi perempuan yang tinggal di Tibet.
Tinjauan ini dilakukan sejalan dengan semangat Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita.
Selama sesi peninjauan, para pakar PBB mengajukan banyak pertanyaan kepada delegasi China mengenai situasi perempuan di China dan wilayah di bawah kendalinya termasuk Tibet, dan Hong Kong serta Macau.
Namun delegasi Tiongkok tak bisa memberikan tanggapan yang memadai kepada para ahli.
Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menilai wajar bila para ahli menuding delegasi China, enggan memberikan jawaban spesifik terkait kondisi sesungguhnya perempuan di negeri tirai bambu.
"Kita mensinyalir delegasi Beijing bingung menjawab pertanyaan yang mengacu pada situasi wanita Tibet di Tibet, di mana para ahli menghujani pertanyaan seperti pemindahan paksa pengembara dan penggembala Tibet," kata peneliti senior CENTRIS, AB Solissa pada Jumat (26/5/2023).
Baca juga: Tamu hotel di Tibet terkejut ada mayat di bawah ranjang kamarnya
Menurutnya sejumlah pertanyaan yang dilontarkan para ahli PBB membuat delegasi Beijing gelagapan lantaran mengarah pada fakta lapangan.
Seperti kondisi pekerjaan berketerampilan rendah dan bergaji rendah, partisipasi wanita dalam pelayanan publik dan diplomatik, termasuk dasar hukum penyitaan paspor, akses ke pendidikan dalam bahasa Tibet dan masalah perlindungan kesehatan mental bagi anak-anak Tibet di sekolah asrama.
"Dari berbagai pemberitaan di media, jelas sekali tergambar pola rekruitmen masyarakat Tibet sebagai pekerja kasar dengan upar kecil yang dilakukan Beijing untuk mengisi pos-pos industrial mereka, menjurus pada perbudakan," kata dia.
Selain itu kata AB Solissa, para ahli juga meminta klarifikasi seputar pelatihan ketenagakerjaan dengan keterampilan rendah dan berupah rendah kepada pekerja perempuan pedesaan Tibet di bawah program transfer tenaga kerja.
“Sayangnya, delegasi tim besar Cina tidak dapat menanggapi masalah yang diangkat oleh ahli selama sesi tersebut,” tutur AB Solissa.
CENTRIS pun lanjut AB Solissa mengajak seluruh organisasi HAM dan pemerintah negara-negara dunia untuk bergerak, menyelamatkan kaum perempuan yang tertindas di Tiongkok.
“Patut diduga mereka sengaja menyembunyikan getirnya kehidupan wanita Tibet selama ini,” pungkasnya.
Tiongkok Melawan, Janji Serangan Balik Trump Buntut Tarif Tinggi ke Anggota NATO |
![]() |
---|
AS dan China Capai Kesepakatan Awal Soal TikTok, Pembicaraan Final Digelar Jumat dengan Xi Jinping |
![]() |
---|
PBB Sahkan Deklarasi Dua Negara Israel-Palestina, 142 Negara Dukung sedangkan AS dan Israel Tolak |
![]() |
---|
10 Negara dengan Mobil Listrik Terbanyak: Tiongkok Memimpin, Amerika Serikat Urutan Berapa? |
![]() |
---|
AS dan Tiongkok Gelar Pertemuan di Spanyol, Penjualan TikTok Ikut Jadi Bahasan utama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.