Kekacauan di Port Sudan ketika ribuan orang bergegas kabur dari konflik militer
Port Sudan dengan cepat dipadati ribuan pengungsi yang hendak meninggalkan Sudan di tengah konflik yang terjadi. Kepala Koresponden…
Perang yang semakin parah dan mengkhawatirkan antara dua pria Sudan paling berkuasa serta termotivasi tidak hanya oleh alasan pribadi dan pertikaian politik. Namun, perang itu juga dilatari kepentingan yang bertentangan dan pengaruh pihak-pihak berkuasa.
Negara-negara kuat, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah lama membiayai Hemedti. Ia bertambah kaya setelah mengirimkan pasukan untuk membela kedua negara itu pada tahun-tahun awal peperangan melawan kubu pemberontak Houthi di Yaman.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Arab Saudi sudah semakin dekat dengan Burhan dan juga memiliki hubungan erat dengan tentara Sudan.
Geografi politik yang kusut di negara dengan kekayaan mineral dan potensi pertanian yang luas juga mencakup Mesir, Israel, dan Rusia, khususnya kelompok tentara bayaran Wagner.
Baca juga:
Namun dalam krisis kali ini, di mana Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara pegiat perdamaian lain ikut mengambil andil, para pihak-pihak luar sepakat menyerukan agar perang ini diakhiri.
Para diplomat berterima kasih kepada Arab Saudi atas upaya evakuasi yang mereka jalankan.
Sejauh ini, lebih dari 5.000 orang, dari 100 kewarganegaraan berbeda, telah melintasi Laut Merah menggunakan kapal perang Saudi atau kapal pribadi lainnya yang disediakan pasukan Arab Saudi.
Operasi terbesar diselenggarakan pada Sabtu (29/4), yang mengangkut sekitar 2.000 penumpang, bahkan termasuk warga Iran.
Riyadh dan Teheran, yang saling bermusuhan, baru-baru ini bergerak menuju pemulihan hubungan secara hati-hati, termasuk membuka kembali kedutaan dan konsulat mereka.
“Ini merupakan keberuntungan bagi kami. Kami harap akan ada perdamaian antara negara-negara kami,” kata insinyur berusia 32 tahun, Nazli, ketika dia sampai di Jeddah dengan suaminya yang juga seorang insinyur dan telah bekerja bertahun-tahun di Sudan.
Pada Minggu (30/4), saat kapal tunda berlayar di perairan berombak menuju kapal perang Saudi yang menunggu, para penumpang melambaikan tangan untuk terakhir kalinya ke daratan Sudan dengan kesedihan, sebab ada kemungkinan mereka tidak akan pernah bisa kembali.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.