Kamis, 2 Oktober 2025

Kabut asap tutupi Dumai, karhutla tahun ini dikhawatirkan 'lebih buruk dari 2015 dan 2019'

WALHI mengatakan cuaca panas yang terjadi belakangan ini adalah “konsekuensi paling logis” dari situasi iklim yang semakin buruk,…

Para aktivis lingkungan dan pemerintah sama-sama khawatir musim kemarau yang lebih kering tahun ini akan meningkatkan kerawanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan aktivis khawatir kebakaran hutan dan lahan akan “lebih buruk ketimbang 2015 dan 2019“.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) menyatakan musim kemarau tahun ini berisiko lebih kering dari tiga tahun sebelumnya karena fenomena La Nina—yang membawa hujan lebih banyak di musim kemarau—sudah menuju netral dan beralih ke El Nino—yang memicu kekeringan.

Pemerintah sudah menyiapkan “instrumen” pengendalian karhutla sejak akhir tahun lalu dan meminta pihak terkait untuk meningkatkan “kesiapsiagaan” jelang musim kemarau.

Per Maret 2023, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat luas karhutla mencapai 12.666 hektare di 29 provinsi.

Padahal BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada kisaran April hingga Juni 2023.

Sedangkan, puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi baru akan terjadi pada pada kisaran Juli sampai Agustus 2023.

Apakah kondisi tersebut akan membuat karhutla semakin mengganas tahun ini?

Baca juga:

“12.000 [hektare] bisa jadi pertanda buruk karena ini baru awal. Setidaknya musim panas ini baru sebulan terakhir, malah belum sampai sebulan, sudah 12.000 [hektare lahan yang terbakar], apalagi kemudian kalau durasi musim panasnya semakin panjang?” kata Manager Kampanye Hutan dan Kebun WALHI, Uli Arta Siagian.

Hasil pengamatan LSM Pantau Gambut juga menemukan titik api atau hotspot pada April saja “telah cukup tinggi”, dengan Riau dan Kalimantan Barat menunjukkan “kerentanan yang paling dominan.

Juru Kampanye Pantau Gambut, Wahyu Perdana, mengingatkan, “jika situasi ini tidak diantisipasi akan sangat berisiko menimbulkan bencana ekologis, yang berdampak pada sosial-ekonomi masyarakat seperti pada 2015 dan 2019”.

Tahun 2015 dan 2019 dianggap menjadi tahun-tahun karhutla dengan dampak terparah, dengan luasan kebakaran masing-masing mencapai 2,6 juta hektare dan 1,6 juta hektare.

Kembali diganggu asap setelah menikmati udara segar

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis, Riau, sejak 19 April lalu, menimbulkan kabut asap yang “mengganggu” warga.

Kabut asap dirasakan sampai ke pusat Kota Dumai, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kelurahan Pelintung—tempat terjadinya kebakaran.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved