Ribuan warga tinggalkan Khartoum, Indonesia siapkan evakuasi WNI dari Sudan
Pemerintah Indonesia terus mempersiapkan proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Sudan, akibat konflik militer…
Baca juga:
Konflik bersenjata terus terjadi menyusul gagalnya gencatan senjata antara faksi yang bertikai, yaitu SAF dan RSF, pada Selasa (18/04) lalu.
Gencatan senjata pun kembali diajukan RSF pada Rabu (19/04), namun suara tembakan masih terdengar di seluruh ibu kota.
Kumpulan asap terlihat di atas markas tentara di pusat kota, lokasi pertempuran antarfaksi militer berlangsung.
Mohammed Alamin, jurnalis yang berbasis di Khartoum, mengatakan kepada BBC Focus di radio Afrika bahwa tembakan tidak berhenti, meskipun seharusnya ada gencatan senjata.
"Benar-benar mengerikan - pihak-pihak yang bertikai ini menembak secara acak ke mana-mana," katanya. "Saya sendiri melihat ratusan orang pergi ke luar Khartoum, bergegas melakukan perjalanan ke negara bagian tetangga."
Alamin menambahkan, beberapa warga sipil tidak tahu apa yang sedang terjadi - sementara yang lain mengungkapkan kemarahan mereka ke kedua sisi yang bertikai.
"Pada dasarnya orang berpikir bahwa perang ini melawan mereka," kata Alamin. "Inilah yang dikatakan orang-orang kepada saya di jalanan."
Dia juga mengatakan bahwa penerapan gencatan senjata sulit terjadi karena kekuatan yang terfragmentasi di kota tersebut.
"Ada semacam [komunikasi] yang terputus antara pasukan ini - mereka bertempur di area yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan sedikit komunikasi...," katanya.
Pertempuran saat ini sebagian besar dilakukan dengan tembak menembak, bukan pengeboman udara yang berat.
Warga sipil mulai meninggalkan ibu kota pada Rabu pagi karena pertempuran terus berlanjut dan Khartoum diselimuti asap hitam tebal menyusul ledakan di dekat markas tentara.
Saksi melaporkan pasukan RSF bersenjata berat berpatroli di kota dengan truk pikap, sementara jet tempur yang setia kepada militer melakukan serangan ke sasaran yang diyakini dipegang oleh pasukan paramiliter.
Minim bahan bakar dan transportasi umum
Minimnya bahan bakar dan kurangnya transportasi umum membuat banyak dari warga yang terpaksa mengungsi dengan berjalan kaki. Sebagian mencari tumpangan ke Sudan tengah dan barat - tempat tinggal keluarga mereka - dengan truk bak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.