Tupperware: Wadah makanan yang dulu berjaya kini terancam bangkrut
Merek tupperware sudah dikenal luas sebagai ‘rajanya’ wadah penyimpanan makanan plastik. Bahkan, nama merek itu sendiri digunakan…
Perusahaan itu pertama didirikan oleh seorang pria bernama Earl Tupper. Namun, duta mereknya adalah seorang perempuan bernama Brownie Wise.
Produk buatan Tupper menjadi inovasi baru, yakni menggunakan plastik untuk membuat makanan tetap tahan lama. Khususnya, pada zaman itu ketika kulkas masih terlalu mahal buat kebanyakan orang. Tetapi, sebelum kedatangan Wise, produk itu kurang laris.
Sebagai cara untuk memasarkan produk itu, Wise mulai mengorganisir acara-acara untuk menjual wadah-wadah plastik itu dengan bertemu langsung dengan para ibu-ibu rumah tanga yang menjadi sasaran penjualan.
Pesta Tupperware tak hanya bertujuan untuk menjual Tupperware, tetapi juga untuk bergaul dengan ibu-ibu lain.
Gaya inovatif Wise dan kemampuannya untuk menjual banyak produk membuatnya diangkat ke tingkat eksekutif pada zaman di mana kebanyakan perempuan tidak boleh menginjakkan kaki ke dalam ruang rapat pimpinan.
Dampak Wise dan penjualan Tupperware masih menjadi bahan perdebatan antara para akademisi, namun banyak yang mengakui bahwa fenomena itu memiliki peran besar dalam mengusung para perempuan masuk ke dalam lapangan pekerjaan di era pasca-perang AS.
Bahkan, penjualan Tupperware di kalangan ibu-ibu mampu menjadi sumber pendapatan bagi perempuan-perempuan di seluruh dunia.
Salah satunya adalah Allison Clarke, seorang profesor sejarah dan teori desain di University of Applied Arts, Vienna, dan penulis buku bertajuk Tupperware: The Promise of Plastic in 1950s America.
“Saya pikir warisannya adalah bagaimana [Tupperware] memberikan sumber pekerjaan bagi para perempuan yang tidak memiliki akses pada pekerjaan fleksibel,” kata Clarke kepada BBC.
“Pada saat itu, awalnya itu dijual di pesta-pesta di AS. Banyak perempuan pada zaman itu yang merasa terisolir dalam kota-kota suburban di pasca-perang karena jauh dari keluarga.
“Pesta Tupperware mengagungkan pekerjaan rumah tangga yang membosankan, dan Anda hanya bisa membeli [Tupperware[ jika Anda mengenal seseorang yang menjualnya, jadi itu bersifat eksklusif, sosial, dan tentang relasi dengan perempuan lain.
"Saya awalnya berpikir itu adalah konspirasi kapitalis yang eksploitatif terhadap perempuan, kemudian saya bertemu dengan semua perempuan yang memiliki kehidupan fantastis karenanya dan melihat bagaimana hal itu memberdayakan mereka."
“Gagal beradaptasi dengan perubahan zaman”
Baca juga:
- Kemasan plastik buatan Indonesia yang bisa Anda makan
- Apa yang terjadi jika kita berhenti menggunakan plastik
- Mampukah Anda tidak buang-buang makanan selama tujuh hari?
Walau perusahaan itu selalu didominasi oleh perempuan dalam pemasarannya di lapangan, cara itu tidak selalu dicerminkan di jajaran pimpinannya. Oleh karena itu, menurut Clarke, Tupperware kesulitan untuk mempopulerkan kisah suksesnya ataupun beradaptasi dengan masa sekarang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.