Sabtu, 4 Oktober 2025

Kehidupan dunia bawah tanah pekerja seks di Somalia - 'Tekanan masyarakat memperburuk keadaan'

Dua pekerja seks di Somalia menceritakan bagaimana mereka terjerumus ke dalam skena bawah tanah yang ilegal dan berbahaya.

"Banyak perempuan lain yang terlibat dalam pekerjaan seks tidak seberuntung itu. PSK yang pergi bersama laki-laki ke rumah mereka dan tempat terpencil dianiaya dan bahkan diperkosa, kadang-kadang oleh lebih dari satu orang."

Ia juga mengatakan penganiayaan kadang-kadang difilmkan dan para PSK kemudian diperas.

"Mereka dipermalukan hingga tunduk."

'Sulit menghadapi keluarga'

Hodan mengatakan pemfilman ini dapat terjadi setelah para PSK dibius, dengan pelaku memaksa mereka untuk membagi keuntungan mereka.

"Kalau ditolak, mereka (PSK) akan dipukuli dan dianiaya secara fisik oleh pria-pria itu, dan videonya akan digunakan untuk melawan mereka. Dalam beberapa kejadian, mereka bahkan menyebarkan video tersebut untuk semakin menyiksa si perempuan. Itu bentuk pemerasan digital."

Sebuah laporan baru-baru ini oleh jaringan TV Inggris Channel 4 mendokumentasikan bentuk-bentuk pemerasan yang terjadi di dalam populasi perempuan Somalia pada umumnya, di luar margin pekerjaan seks.

"Itu terjadi pada begitu banyak perempuan muda yang saya kenal. Sebagian besar terlalu malu untuk mengakuinya tetapi kita semua tahu apa yang terjadi. Kita sudah menjalani gaya hidup ini cukup lama," kata Hodan.

Sebuah laporan PBB menemukan lonjakan besar dalam kekerasan seksual dari 2019 hingga 2020, dan mengatakan bahwa pelecehan kerap menjadi lebih parah di zona konflik.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa "peraturan yang lemah memungkinkan para pelaku untuk bebas, dan penyintas hanya menerima sedikit atau tidak menerima dukungan sama sekali".

Perempuan yang terlibat dalam pekerjaan seks termasuk yang paling rentan dalam masyarakat Somalia, karena mereka dijauhi akibat gaya hidup mereka yang tabu, dan praktis membuat mereka dikucilkan.

"Di Somalia, perempuan seperti kami tidak punya sistem pendukung dan tidak punya orang yang bisa diandalkan. Tekanan dari masyarakat memperburuk keadaan, itulah sebabnya begitu banyak perempuan yang rentan ini enggan mencari bantuan, terutama jika mereka punya masalah dengan kecanduan," imbuh Fardousa.

Ada beberapa organisasi perempuan di Somalia tetapi ketika dihubungi oleh BBC mereka tidak mau berkomentar karena sensitivitas subjek ini.

Hodan dan Fardousa menekankan bahwa banyak perempuan tidak akan melakukan pekerjaan berbahaya seperti ini apabila ada mekanisme dan organisasi yang mendukung mereka. Situasi ini sering kali membuat mereka terjebak dalam gaya hidup yang keras dan eksploitatif.

"Begitu banyak perempuan muda berjuang dengan kecanduan yang membuat mereka lebih rentan. Banyak dari mereka bahkan tidak punya tempat untuk tidur di malam hari," kata Fardousa.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved