Selasa, 30 September 2025

Xi Jinping dan Vladimir Putin: Apa yang bisa diharapkan dari China-Rusia atas perang di Ukraina?

Saat Presiden China, Xi Jinping, berkunjung ke Moskow untuk menemui Presiden Rusia, Vladimir Putin, keduanya akan membahas Ukraina.…

Presiden China, Xi Jinping, melakukan kunjungan pertamanya ke Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina tahun lalu. Dia juga akan melakukan perundingan dengan Presiden Vladimir Putin.

Editor BBC tentang Rusia, Steven Rosenberg, dan koresponden BBC di China, Stephen McDonel,l menganalisis apa yang setiap pihak ingin peroleh dalam pertemuan itu dan apa yang diketahui tentang hubungan antara kedua negara.

Putin mencari pertolongan dari seorang teman

Bayangkan jika Anda adalah Putin.

Anda telah memulai sebuah perang yang tidak sesuai dengan rencana; Anda berada di ancaman saksi; dan sekarang Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Anda atas kasus kejahatan perang.

Di saat-saat seperti inilah Anda membutuhkan teman.

Masuklah Xi Jinping.

Presiden Xi pernah menyebut Putin sebagai “teman baiknya”. Dua pemimpin ini memiliki banyak kesamaan: keduanya adalah pemimpin otoriter dan menganut gagasan “dunia multi-polar” tanpa dominasi Amerika Serikat.

Di Moskow, mereka berharap akan menandatangani kesepakatan tentang “penguatan kemitraan komprehensif” antara kedua negara.

Kunjungan kenegaraan presiden China itu adalah simbol dukungan yang tegas untuk Rusia – dan presidennya – pada saat Kremlin berada di bawah tekanan internasional yang kuat.

Dan hubungan Rusia dengan China adalah kekuatan fundamental dalam menahan tekanan tersebut.

“Putin sedang membangun bloknya sendiri. Dia tidak mempercayai Barat lagi – dan dia tidak akan pernah lagi [percaya],” kata jurnalis Dmitry Muratov yang pernah menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

“Jadi, Putin sedang mencari sekutu dan mencoba menjadikan Rusia bagian dari benteng bersama dengan China, begitu juga dengan India, beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika. Putin sedang membangun dunia anti-Baratnya.”

Di “dunia anti-Barat” ini, Moskow kini sangat bergantung pada Beijing dibandingkan sebelumnya, terutama saat perang berkecamuk di Ukraina.

“Perang telah menjadi prinsip pengorganisasian pada politik dalam negeri Rusia, kebijakan luar negeri, dan kebijakan ekonomi. Ada obsesi untuk menghancurkan Ukraina,” ujar Alexander Gabuev, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan