PBB: Ada 46 Negara Masuk Kategori Kurang Berkembang, 9 di Asia
PBB menyatakan saat ini terdapat 46 negara yang termasuk dalam kategori LDCs, 33 di antaranya negara Afrika, 9 di Asia, 3 di Pasifik dan 1 di Karibia.
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, DOHA -Indonesia menyerukan penguatan kemitraan global untuk mendukung pembangunan ekonomi negara-negara yang kurang berkembang atau least-developed countries (LDCs) pada pertemuan Fifth UN Conference on the Least Developed Countries (LDC 5) di Doha, Qatar, 5-9 Maret 2023.
PBB mencatat saat ini terdapat 46 negara yang termasuk dalam kategori LDCs, dimana 33 di antaranya negara Afrika, 9 di Asia, 3 di Pasifik dan 1 di Karibia.
Dalam pernyataan nasional Indonesia, Duta Besar RI untuk Qatar dan Ketua Delegasi RI Ridwan Hassan mengatakan bahwa LDCs masih menghadapi berbagai tantangan, seperti terbatasnya kapasitas produksi, kemampuan fiskal yang kurang memadai, tekanan utang, dan kurangnya akses terhadap teknologi.
Kondisi negara LDCs ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 serta berbagai tantangan multi-dimensional lainnya, termasuk perubahan iklim serta kerentanan pangan dan energi.
“Adopsi Doha Programme of Action 2022 merupakan bukti komitmen kolektif kita untuk mendukung LDCs. Namun kita perlu bekerja keras untuk memastikan implementasi efektifnya,” kata Ridwan.
Indonesia mendorong tiga hal. Pertama, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pendanaan pembangunan di LDCs.
Saat ini LDCs menghadapi keterbatasan pendanaan, baik dalam bentuk investasi asing langsung (FDI) maupun bantuan pembangunan.
Dunia internasional perlu mendukung LDCs melalui pemberian bantuan pembangunan, investasi, dukungan teknis, inovasi model pendanaan, dan pembebasan tekanan utang.
Baca juga: Jalur Sutera yang Digagas China Dikhawatirkan Jadi Jebakan Utang Bagi Negara Berkembang
“Di bawah Presidensi Indonesia, G20 sepakat untuk meningkatkan pendanaan campuran (blended finance) kepada negara berkembang, termasuk LDCs,” kata Ridwan.
Kedua, memajukan pembangunan SDM di LDCs.
Besarnya populasi usia muda di LDCs menjadi aset berharga yang harus dikembangkan, antara lain melalui pelatihan dan pendidikan yang berkualitas dan inklusif.
Selama ini Indonesia aktif memberikan bantuan kapasitas kepada LDCs.
Baca juga: Presiden Jokowi: Ada Negara Maju yang Tidak Ingin Melihat Negara Berkembang Menjadi Maju
Ketiga, memperkuat kemitraan Utara-Selatan, Selatan-Selatan, dan Kerja Sama Triangular.
Kerja sama tersebut harus berdasarkan permintaan dari LDCs dan mengusung prinsip solidaritas, inklusivitas, kesetaraan, dan leave no one behind.
“Pandemi mengajarkan kita bahwa tidak ada satupun negara yang sanggup menghadapi tantangan global sendirian. Solidaritas, inklusivitas, kerja sama, dan kemitraan adalah kunci untuk mengatasi tantangan global. Mari gunakan kesempatan ini untuk memperkuat kemitraan global untuk dukung LDCs,” kata Ridwan.
Baca juga: Indonesia Akan Titipkan Suara Negara Berkembang Saat Serahkan Presidensi G20 Ke India
UN Conference of the Least Developed Countries diselenggarakan setiap 10 tahun sekali sejak 1981 untuk memobilisasi dukungan internasional terhadap pembangunan ekonomi LDCs.
Konferensi kelima (LDC 5) antara lain dihadiri oleh perwakilan 131 negara, dimana 25 negara diwakilkan pada tingkat Kepala Negara/Pemerintah, serta 21 Organisasi Internasional.
Delegasi RI pada konferensi LDC5 dipimpin oleh Dubes RI untuk Qatar serta terdiri dari unsur Kementerian Luar Negeri, Kementerian PPN/Bappenas dan KBRI Doha
Puan Soroti Pidato Prabowo di PBB: Indonesia Comeback di Forum Dunia |
![]() |
---|
4 Isu Utama yang Menjadi Sorotan dalam Sidang Umum PBB: Palestina hingga Perjanjian Paris |
![]() |
---|
Menteri HAM Akui Atmosfer Positif Jelang Pidato Presiden Prabowo di Sidang PBB |
![]() |
---|
Ingat Lagi Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB 1960, Perkenalkan Pancasila dan Seruan Anti Penjajahan |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Tampil Urutan Ketiga Pidato di Sidang Umum PBB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.