Kamis, 2 Oktober 2025

Korsel Tempatkan ASEAN sebagai Epicentrum Indo-Pasifik

Korea Selatan menempatkan Asia Tenggara sebagai epicentrum dari berbagai dinamika yang tengah terjadi di kawasan Indo Pasifik.

Ist
Seminar Internasional bertema “Korea-ASEAN Solidarity Initiatives: Epicentrum Peace and Prosperity the Indo-Pacific” di Auditorium Griya Legita, Universitas Pertamina, Jakarta Selatan, Selasa (20/12). 

Keempatnya adalah China, India, Jepang, dan Indonesia. Beberapa perkiraan juga menunjukkan bahwa pada tahun 2030, Indo-Pasifik dapat menjadi rumah bagi hampir 3,5 miliar kelas menengah.

“Potensi ekonomi ini telah menarik perhatian negara-negara besar dunia ke kawasan, sehingga kawasan ini menjadi ajang kontestasi geopolitik dan geoekonomi baru,” demikian Airlangga Hartarto.

Adapun Duta Besar Kwon Hee-seug dalam sambutannya mengatakan, sejak dimulai pada November 1989 hubungan ASEAN dan Korea Selatan berkembang luar biasa.

ASEAN dan Korea Selatan tengah menantikan Comprehensive Strategic Partnership (CSP) di tahun 2024 yang disambut baik semua pemimpin ASEAN.

Baca juga: Warga Korsel Kurangi Makan Karbohidrat, Perbanyak Konsumsi Protein

Kebijakan Korea Selatan di masa depan akan mengedepankan perdamaian dan kesejahteraan, demokrasi, hukum dan HAM.

“Kita akan bermain berdasarkan aturan untuk mencegah konflik dan berpegang teguh pada resolusi perdamaian," ujarnya.

“Presiden Yoon Suk-yeol menggarisbawahi arti penting memperkuat solidaritas dan kerjasama dengan ASEAN,” demikian Duta Besar Kwon.

Dibagi Dua Sesi

Seminar internasional yang diselenggarakan Korea Center of RMOL ini dibagi dalam dua sesi. Sebagai pembicara dalam sesi pertama yang bertema “(Eco)nomic Recovery Strategy” adalah Direktur Negosiasi ASEAN Kementerian Perdagangan Dina Kurniasari, Atase Keuangan Republik Korea untuk ASEAN Teakdong Kim, dan Dosen London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, Abhiram Singh Yadav. Sementara moderator dalam sesi ini adalah Ketua Prodi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Faisal Nurdin Idris.

Adapun sesi kedua yang bertema “Strengthening Korea-ASEAN Centrality for Indo-Pacific Peace” diisi oleh Direktur Kerjasama Politik Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri Faizal Chery Sidharta, Dosen Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Haripin, serta moderator Dosen Universitas Pertamina Novita Putri Rudiany.

Tak kurang dari 200 mahasiswa dan pelajar menghadiri seminar ini secara langsung di Auditorium Griya Legita yang berada di lantai 3 Universitas Pertamina, dan sekitar 90 peserta lainnya hadir secara daring.

Selain menggelar seminar internasional, kegiatan untuk mempromosikan KASI ini juga diisi dengan lomba karya tulis tingkat nasional untuk kategori pelajar SMA/sederajat dan mahasiswa.

Bukan Strategi Persaingan Global

Salah seorang pembicara dalam sesi kedua, Teuku Rezasyah mengingatkan bahwa netralitas ASEAN di tengah persaingan di kawasan harus tetap berpegang teguh pada Perspektif ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP).

Dengan mempertimbangkan hal itu, dosen Universitas Padjadjaran ini menegaskan, KASI bukan merupakan strategi persaingan global, melainkan strategi untuk membangun perdamaian dan kesejahteraan dunia, dan diharapkan dapat mendorong kreativitas dalam mewujudkan hal itu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved