Konflik Rusia Vs Ukraina
Iran Mengaku Tak akan Tinggal Diam Jika Rusia Terbukti Gunakan Drone Buatannya di Ukraina
Iran menegaskan tidak akan tinggal diam jika memang Rusia terbukti menggunakan drone-nya dalam menginvasi Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian menegaskan Teheran tidak akan tinggal diam jika Rusia terbukti menggunakan drone produksinya dalam invasi Ukraina.
Pernyataan ini muncul setelah Iran dituduh oleh Barat dan Kyiv memasok drone yang digunakan Rusia untuk membombardir Ukraina.
"Jika terbukti kepada kami bahwa pesawat tak berawak Iran digunakan dalam perang Ukraina melawan orang-orang, kami tidak boleh tetap acuh tak acuh," lapor media pemerintah mengutip pernyataan Hossein Amirabdollahian pada Senin (24/10/2022), dilansir Reuters.
Kendati demikian, Amirabdollahian menegaskan kerja sama pertahanan antara Teheran dan Moskow akan terus berlanjut.
Inggris, Prancis dan Jerman pada Jumat lalu menyerukan penyelidikan PBB atas tuduhan bahwa Rusia menggunakan drone Iran untuk menyerang Ukraina.
Tindakan tersebut dinilai melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Baca juga: Iran Kecam Langkah Penyelidikan PBB atas Tuduhan Penggunaan Drone di Ukraina
Mengutip para diplomat dan pejabat, Reuters pekan lalu melaporkan bahwa Teheran menjanjikan lebih banyak pasokan drone kepada Moskow.
Iran juga berjanji memberi Rusia rudal permukaan-ke-permukaan.
Rusia Tingkatkan Produksi Senjata
Di sisi lain, Rusia sedang meningkatkan produksi semua jenis senjatanya mulai dari tank, meriam, hingga rudal dan drone presisi tinggi.
Kabar ini diungkapkan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, lapor TASS.
"Produksi senjata dan peralatan khusus dari semua jenis meningkat berlipat ganda: dari tank dan senjata hingga rudal dan drone presisi tinggi. Persiapkan dirimu!" katanya di Telegram, Senin (24/10/2022).

Politisi itu berbicara kepada lawan-lawan Rusia dan menasihati mereka untuk tidak berharap bahwa negara itu akan kehabisan persenjataan.
"Ketika membaca analisis musuh, saya berulang kali menemukan tuduhan bahwa Rusia akan segera kehabisan peralatan militer dan senjata yang digunakan secara luas. Seperti, semuanya habis. Jangan menahan napas," katanya.
Medvedev menegaskan telah melakukan perjalanan ke Nizhny Tagil dan memeriksa produksi tank di perusahaan Uralvagonzavod, produsen kendaraan lapis baja terbesar di daerah itu.
Selama perjalanan, ia telah berdiskusi soal percepatan pengiriman peralatan ke angkatan bersenjata untuk digunakan selama operasi militer khusus di Ukraina.
"Tujuannya telah ditetapkan untuk pelaksanaan kontrak pertahanan pemerintah dengan cermat di semua parameter utamanya, pencegahan gangguan dalam pasokan peralatan," katanya.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-224 sejak dimulai pada Februari 2022 lalu.
Berikut ringkasan perkembangan terkini perang, dilansir Guardian:
- Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan kepada mitranya dari Barat bahwa perang di Ukraina sedang menuju "eskalasi yang tidak terkendali".
- Cengkeraman Rusia atas kota Kherson semakin rapuh. Pasukan Rusia tampaknya bersiap untuk mundur dari tepi timur Sungai Dnieper, dengan memerintahkan evakuasi warga sipil.
- Semua orang yang tersisa di Kherson telah diundang untuk bergabung dengan milisi lokal yang baru dibentuk.
Dalam sebuah pemberitahuan di Telegram, otoritas pendudukan mengatakan pria memiliki kesempatan untuk bergabung dengan unit pertahanan teritorial jika memilih untuk tetap berada di Kherson atas kemauan mereka sendiri.
Memaksa warga sipil untuk berdinas di angkatan bersenjata negara pendudukan didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap konvensi Jenewa.
- Rusia membawa unit militer baru ke Kherson saat bersiap untuk mempertahankan kota dalam menghadapi serangan balasan Ukraina, lapor kepala direktorat intelijen pertahanan Ukraina.
- Ukraina dan AS mengecam tuduhan dari Rusia bahwa Ukraina sedang bersiap menggunakan "bom kotor" di wilayahnya.

Baca juga: Ukraina Tuduh Rusia Halangi Penerapan Penuh Kesepakatan Gandum
Baca juga: Intelijen Kyiv: Rusia Boyong Unit Militer Baru ke Kherson, Bersiap untuk Serangan Balasan Ukraina
- Pengawas nuklir PBB akan mengirim inspektur ke Ukraina setelah Kyiv meminta ahli dikirim untuk membantah klaim Rusia bahwa pihaknya berencana menggunakan "bom kotor".
- AS tidak memiliki indikasi bahwa Rusia telah memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir, biologi atau kimia, kata seorang pejabat militer AS.
- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mendesak Israel untuk bergabung dalam perang melawan Rusia dan meminta sistem pertahanan udara.
- Pasukan operasi khusus Ukraina mengatakan bahwa instruktur drone Iran telah terlihat di Belarus.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)