Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Kerahkan Senjata Nuklir Jika 4 Wilayah Ukraina Direbut, Biden: Kami Tak akan Terintimidasi
Joe Biden tegaskan Amerika Serikat dan sekutu tidak akan terintimidasi dengan ancaman nuklir dari Vladimir Putin.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden menegaskan tidak akan terintimidasi dengan ancaman Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebelumnya, Putin menyatakan ancaman terselubung bahwa Rusia akan mengerahkan senjata nuklir untuk melindungi empat wilayah Ukraina yang dicaplok.
Dalam pidatonya, Putin menyatakan wilayah Donbas (Donetsk dan Luhansk), Kherson, dan Zaporizhia akan menjadi bagian dari Federasi Rusia untuk selamanya.
Pemimpin Rusia ini mengklaim warga di empat wilayah Ukraina itu memilih untuk "bersama rakyat mereka, tanah air mereka".
Ia mengacu pada referendum yang diadakan di daerah-daerah tersebut pada penghujung bulan September lalu.
Barat dan Ukraina mengecam pemungutan suara selama referendum sebagai penipuan.
Baca juga: Pemimpin Barat Bereaksi Keras Soal Rusia Caplok 4 Wilayah Ukraina
Pidato Putin yang disampaikan pada Jumat (30/9/2022) di Istana Grand Kremlin, kebanyakan berisi celaan untuk Barat.
Dia mengatakan, AS telah menciptakan "preseden" dengan menggunakan senjata nuklir melawan Jepang pada akhir Perang Dunia Kedua, dalam ancaman nyata.
Putin pekan lalu mengatakan negaranya memiliki "berbagai senjata pemusnah" dan akan "menggunakan semua cara yang tersedia bagi kita".
"Saya tidak menggertak," tegasnya saat itu.
Kremlin telah menjelaskan bahwa setiap serangan terhadap wilayah yang baru dicaplok akan dianggap sebagai serangan di tanah Rusia dan menandakan eskalasi perang.
Menjawab ancaman ini, Biden menilai Putin melontarkan ancaman yang sembrono.
"Amerika dan sekutunya tidak akan terintimidasi," kata Presiden Biden di Gedung Putih, lapor BBC.
Dia kemudian berbicara langsung dengan presiden Rusia, sambil mengarahkan jarinya ke kamera.

"Amerika sepenuhnya siap, dengan sekutu NATO kami untuk mempertahankan setiap inci wilayah NATO," katanya, mengacu pada blok keamanan Barat.
"Tuan Putin, jangan salah paham dengan apa yang saya katakan: setiap inci."
Tak lama setelah itu, pejabat tinggi keamanan nasional Biden mengatakan sementara ada kemungkinan Moskow menggunakan senjata nuklir, tampaknya tidak ada ancaman yang akan segera terjadi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyebut pencaplokan ini sebagai eskalasi paling serius sejak perang dimulai.
Ukraina Masuk NATO
Ukraina ajukan keanggotaan jalur cepat kepada NATO setelah empat wilayahnya dicaplok Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina sudah sejak lama menjadi "de facto" anggota aliansi keamanan ini.
Sekjen NATO, Stoltenberg mengatakan bahwa keputusan gabungnya Ukraina ada di tangan 30 anggota NATO.

Baca juga: Rusia: NATO Menguji Peralatan Bawah Air di Dekat Nord Stream
Baca juga: Ukraina Ajukan Keanggotaan NATO Jalur Cepat setelah Rusia Caplok 4 Wilayahnya
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara tidak akan mengakui wilayah yang dicaplok Rusia.
Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan aneksasi ilegal yang diproklamirkan oleh Putin tidak akan mengubah apa pun.
"Semua wilayah yang diduduki secara ilegal oleh penjajah Rusia adalah tanah Ukraina dan akan selalu menjadi bagian dari negara berdaulat ini," tegasnya.
Korea Selatan juga telah menyatakan tidak akan mengakui aneksasi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)