Konflik Rusia Vs Ukraina
Fasilitas Nuklir Ukraina Terus Digempur, PBB: Dapat Menyebabkan Konsekuensi Bencana
Sekretaris Jenderal PBB memperingatkan Ukraina dan Rusia soal penggempuran di fasilitas nuklir di Zaporizhzhia.
TRIBUNNEWS.COM - Sekjen PBB telah menyerukan untuk segera mengakhiri semua aktivitas militer di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Eropa di tenggara Ukraina, Zaporizhzhia.
Seperti diketahui, Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas penggempuran tenaga nuklir di Zaporizhzhia itu.
Badan Energiatom Ukraina mengatakan, kompleks Zaporizhzhia dihantam lima kali gempuran pada Kamis (11/8/2022).
Penggempuran tersebut juga terjadi di dekat tempat penyimpanan bahan radioaktif.
Menurut kantor berita TASS Rusia, pejabat yang ditunjuk Rusia mengatakan, Ukraina menembaki pabrik itu dua kali, sehingga mengganggu pergantian shift.
Dalam sebuah pernyataan menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB yang diadakan oleh Rusia, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres memperingatkan bahwa setiap kerusakan dapat menyebabkan “konsekuensi bencana” di kawasan dan sekitarnya.
Baca juga: Inggris Sebut Rusia Mulai Goyah dan Tak akan Berhasil Kuasai Ukraina
"Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun."
"Sebaliknya, kesepakatan mendesak diperlukan pada tingkat teknis tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah tersebut," kata Guterres, dikutip dari AlJazeera.
Kepala nuklir PBB, Rafael Grossi, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa aktivitas militer di sekitar Zaporizhzhia "sangat mengkhawatirkan".
Dirinya meminta Ukraina dan Rusia untuk segera mengizinkan para ahli nuklir untuk menilai kerusakan serta mengevaluasi keselamatan dan keamanan di kompleks tersebut karena situasinya "telah berubah".
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Grossi, memperingatkan bahwa situasi di Zaporizhzhia, yang direbut oleh Rusia pada bulan Maret, semakin berbahaya setiap hari.
Grossi mengatakan, pernyataan yang diterima dari Rusia dan Ukraina 'sering bertentangan'.
IAEA tidak dapat menguatkan fakta kecuali para ahlinya mengunjungi situs tersebut, sebuah seruan yang didukung oleh Amerika Serikat.
Baca juga: Saling Tuding Rusia dan Ukraina Menembaki PLTN Zaporizhzhia, Bencana Nuklir Sudah
Pekerja Sebut Ditodong Senjata oleh Rusia

Staf di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia menyebut, mereka ditahan di bawah todongan senjata sementara pasukan Rusia menggunakannya sebagai pangkalan militer.
Pasukan penyerang telah menduduki situs tersebut sejak awal Maret, namun masih dioperasikan oleh teknisi Ukraina.
Moskow baru-baru ini dituduh menggunakan pabrik "sebagai perisai" sementara pasukannya meluncurkan roket dari sana menuju lokasi terdekat.
Baca juga: Polemik Pernyataan Dubes Ukraina, Kemlu Akan Awasi Sikap Vasyl Hamianin
Dikutip dari BBC, para pekerja pabrik nuklir tersebut mengatakan tentang ancaman penculikan setiap hari, serta ketakutan mereka akan "kontaminasi radioaktif di wilayah yang lebih luas" atau bencana nuklir.
"Hari kerja saya selalu membuat stres," kata Svitlana (nama samaran), yang menghubungi BBC melalui SMS.
Dia dan rekan kerjanya, Mykola hanya bisa menggunakan kartu Sim Rusia sekarang dan sinyalnya sangat terbatas.
"Saya tidak bisa bekerja seperti dulu," kata Svitlana.
"Minggu terakhir saya bahkan belum bisa datang ke tempat kerja saya - ini berbahaya."
"Pada hari Sabtu, terjadi penembakan di stasiun nitrogen-oksigen, yang menyebabkan kebakaran."
"Dengan keajaiban, orang-orang yang bekerja di sana selamat," lanjutnya.
Baca juga: McDonalds Berencana Buka Kembali Beberapa Restoran di Ukraina
Penduduk Enerhodar lainnya memberi tahu kami bahwa harga toko dan apotek sekarang empat kali lebih tinggi daripada di wilayah yang masih dikuasai Ukraina, serta kekurangan dokter.
Svitlana telah bekerja di pabrik itu selama bertahun-tahun.
"Situasi psikologisnya sulit," ungkapnya.
"Tentara berjalan di mana-mana dengan senjata dan semua orang benar-benar ditodong senjata," lanjutnya.
Rusia dituduh menempatkan sekitar 500 tentara di sana.
Rekaman terbaru menunjukkan kendaraan militer didorong ke dalam, dan Svitlana tidak diragukan lagi digunakan sebagai pangkalan.
Baca juga: Update Perang Rusia Vs Ukraina: PBB Desak Zona Demiliterisasi, Barat Janjikan Bantuan Rp 22,8 T
"Setiap hari mereka bolak-balik dengan kendaraan militer mereka," katanya.
"Mereka menempatkan peralatan militer mereka tepat di gedung-gedung stasiun, untuk membuat angkatan bersenjata Ukraina tidak mungkin menyerang," ungkapnya.
Sebuah teks datang dari Mykola: "Staf sekarang menjadi sandera Rusia," bunyinya.
"Mereka mematikan internet, hanya menyisakan telepon rumah, dan makanan hanya tersedia di satu ruang makan. Mereka mengubah yang lain menjadi markas mereka."
(Tribunnews.com/Whiesa)