Kamis, 2 Oktober 2025

KTT Teheran, Kisah Sukses Putin-Raisi-Erdogan Melawan Unipolarisme AS

KTT Teheran yang mempertemukan Vladimir Putin, Ebrahim Raisi dan Tayyip Erdogan memperlihatkan kemampuan politik melawan unipolarisme ala AS.

Mikhail Metzel / SPUTNIK / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin bersulang saat mengambil bagian dalam KTT BRICS XIV dalam format virtual melalui panggilan video, di Moskow pada 23 Juni 2022. 

Setelah berakhirnya embargo yang diberlakukan Dewan Keamanan PBB, Rusia dapat menjual senjata konvensional apa pun ke Iran yang dianggap cocok.

Permainan Balet Putin-Erdogan

Sekarang untuk pertemuan Putin-Erdogan, selalu menjadi balet geopolitik yang menarik perhatian, terutama mengingat Erdogan belum memutuskan ikut proyek kereta berkecepatan tinggi integrasi Eurasia.

Putin secara diplomatis “menyatakan terima kasih” atas diskusi tentang masalah makanan dan biji-bijian, sambil menegaskan kembali tidak semua masalah ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam diselesaikan, tetapi kemajuan telah dicapai.

Putin mengacu pada Menteri Pertahanan Turkiye Hulusi Akar, yang awal pekan ini meyakinkan untuk mendirikan pusat operasi di Istanbul.

Lalu membangun kontrol bersama di pintu keluar dan titik kedatangan pelabuhan, dan dengan hati-hati memantau keselamatan navigasi di rute transfer.

Selain isu ekspor bahan pangan, Putin-Erdogan juga membahas Nagorno-Karabakh. Sayang tidak ada rincian mengenai isu ini.

Istanbul musim panas ini telah berubah menjadi semacam Roma Ketiga, setidaknya untuk turis Rusia yang diusir dari Eropa: mereka ada di mana-mana.

Namun perkembangan geoekonomi yang paling penting beberapa bulan terakhir ini adalah keruntuhan jalur perdagangan/pasokan di sepanjang perbatasan antara Rusia-UE.

Ketika Moskow berbicara dengan Kiev, ia berbicara melalui Istanbul. NATO, seperti yang diketahui oleh Global South, tidak melakukan diplomasi.

Jadi setiap kemungkinan dialog antara Rusia dan beberapa orang barat terpelajar terjadi di Turki, Armenia, Azerbaijan, dan UEA.

Sekarang bandingkan semua hal di atas dengan kunjungan Presiden AS Joe Biden yang dijuluki “pria teleprompter”.

Faktanya, Biden mengancam Iran dengan serangan militer. Lalu memohon Saudi untuk memompa lebih banyak minyak untuk mengimbangi “turbulensi” di pasar energi global.

INi menunjukkan tidak ada visi mencolok atau apapun yang menyerupai rancangan rencana politik luar negeri untuk Asia Barat.

Jadi harga minyak sepatutnya melonjak ke atas setelah perjalanan Biden: Minyak mentah Brent naik lebih dari empat persen menjadi $105 per barel, membawa harga kembali ke atas $100 setelah jeda beberapa bulan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved