Selasa, 30 September 2025

Dwikorita Karnawati Di Pertemuan Tahunan IOC-EC Ke 55, Ini Yang Dikatakannya

Dwikorita Karnawati Di Pertemuan Tahunan IOC-EC Ke 55 mendorong negara-negara di dunia untuk mempercepat terbentuknya Tsunami Ready Community.

Editor: Toni Bramantoro
Dok. pribadi
Dwikorita Karnawati saat berbicara di ajang pertemuan tahunan Intergovernmental Oceanographic Commission-Executive Council (IOC-EC) ke 55 yang di gelar di Paris, 14-17 Juni 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang juga Chair of Intergovernmental Coordination Group for Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (Chair ICG/IOTWMS), Dwikorita Karnawati mendorong negara-negara di dunia untuk mempercepat terbentuknya Tsunami Ready Community. Hal tersebut disampaikan Dwikorita saat bersidang di Kantor Pusat UNESCO di Paris.

Tsunami Ready Community sendiri adalah program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.

Harapannya, masyarakat senantiasa siap siaga dan tidak gagap dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.

Di Indonesia, Tanjung Benoa menjadi komunitas pertama yang mendapatkan pengakuan internasional dari UNESCO Intergovernmental Oceanographic Commission  (UNESCO-IOC) sebagai Tsunami Ready Community.

Dwikorita Karnawati menekankan bahwa predikat Tsunami Ready Community akan tercapai apabila semua pihak terlibat dengan  berkolaborasi dan bersinergi, sehingga 12 indikator yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik.

Diantaranya, telah dipetakan dan didesain zona bahaya tsunami; jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi; sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, dan politik teridentifikasi; serta adanya peta evakuasi tsunami yang mudah dipahami.

Selain itu, Informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik; sosialisasi, kesadaran masyarakat, dan edukasi tersedia dan terdistribusi;  sosialisasi atau kegiatan edukasi minimal diselenggarakan 3 kali dalam satu tahun; pelatihan bagi dan oleh Komunitas Tsunami diadakan minimal 2 tahun sekali;  disetujuinya rencana respons darurat komunitas tsunami; serta tersedianya kapasitas untuk pengelolaan operasional  respons darurat saat tsunami terjadi.

Indikator lainnya, tambah Dwikorita yaitu tersedianya  sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan dini tsunami dari otoritas yang berwenang (dari BPBD) selama 24 jam secara tepat waktu; dan tersedianya sarana yang memadai dan andal untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik setempat secara tepat waktu.

“Butuh keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat untuk mempercepat terwujudnya tsunami ready community ini. Tidak hanya pemerintah, namun juga pihak swasta, akademisi, komunitas, termasuk rekan-rekan media di dalamnya,” ungkap Dwikorita Karnawati disela-sela ajang pertemuan tahunan Intergovernmental Oceanographic Commission-Executive Council (IOC-EC) ke 55 yang di gelar di Paris, 14-17 Juni 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita Karnawati juga  menyampaikan bahwa ICG/IOTWMS yang dipimpinnya telah mendukung dan berperan aktif dalam tsunami ready program yang telah diusung UNESCO-IOC, sebagai bentuk dukungan dalam mewujudkan SAFE OCEAN melalui program UN Decade on Ocean Science.

Saat ini di wilayah Indian Ocean 3 komunitas telah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai Tsunami Ready Community, dimana diantaranya adalah komunitas Tanjung Benoa Bali. Pengukuhan Tanjung Benoa dilaksanakan pada momen pertemuan Global Platform on Disaster Risk Reduction (GPDRR) bulan Mei 2022 lalu, sebagai promosi untuk menggencarkan kegiatan tersebut.

Selanjutnya, Dwikorita menyebut bahwa Tsunami Ready dapat diimplementasikan di  berbagai sektor tidak hanya sektor Pariwisata saja.

Di Indonesia, BMKG bersama Pengelola Bandara (PT. Angkasa Pura) telah menerapkan program Tsunami Ready tersebut untuk infrastruktur kritis di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo dan di Bandara Ngurah Rai Bali, dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan Pemerintah Daerah setempat.

BMKG-Indonesia, sebagai Ketua dari ICG/IOTWMS, bahkan telah berinisiasi bersama BNPB, BSN dan UGM, dalam menyusun Standard Internasional baru, yaitu ISO 22328-3 tentang Community Based-Tsunami Early Warning System, sebagai guide line (panduan) bagi sektor bisnis dan pemerintah kota yang memiliki risiko tsunami, agar menjadikan Program Tsunami Ready menjadi bagian dari proses bisnis atau operasional rutin mereka.

Indonesia melalui BMKG dikatakan Dwikorita Karnawati juga menyampaikan dukungan atas UN Decade of Ocean Science, dan berterima kasih atas approval UNESCO terhadap proposal BMKG untuk dua kegiatan yaitu Sekolah Lapang Cuaca Nelayan dan Pengembangan Pemodelan Tsunami Non Seismik.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved