Konflik Rusia Vs Ukraina
Ingin Negaranya Merdeka, Presiden Ukraina Minta Barat Berhenti 'Main-main' dengan Rusia
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Barat agar berhenti 'main-main' dengan Rusia.
"Tekanan pada Rusia secara harfiah adalah masalah menyelamatkan nyawa."
"Setiap hari penundaan, kelemahan, berbagai perselisihan atau proposal untuk 'menenangkan' agresor dengan mengorbankan korban hanya berarti lebih banyak orang Ukraina yang terbunuh," ujar Presiden Ukraina ini.
Selama dua hari berturut-turut, Zelensky mempertajam kritiknya atas pendekatan dunia terhadap krisis di negaranya.
Pada Rabu sebelumnya, dia dengan kejam menyarankan agar Kyiv membuat konsesi untuk membawa perdamaian, dengan mengatakan bahwa gagasan tersebut merupakan upaya untuk menenangkan Nazi Jerman pada tahun 1938.
Risiko Eskalasi Konflik
Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) telah memberi Ukraina persenjataan jarak jauh, termasuk howitzer M777 dari Washington dan rudal anti-kapal Harpoon dari Denmark.
Washington bahkan mempertimbangkan untuk memberi Kyiv sistem roket yang dapat memiliki jangkauan ratusan kilometer.
Pihak AS juga telah mengadakan diskusi dengan Kyiv tentang bahaya eskalasi jika menyerang jauh di dalam Rusia, kata pejabat AS dan diplomatik kepada Reuters.
"Kami memiliki kekhawatiran tentang eskalasi, namun masih tidak ingin menempatkan batasan geografis atau mengikat tangan mereka terlalu banyak dengan barang-barang yang kami berikan kepada mereka," kata seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim.

Baca juga: Vladimir Putin Senang Perusahaan Asing Tinggalkan Rusia: Terima Kasih Tuhan
Baca juga: Eks Perwira Intel Swiss Ini Beberkan Kronologi Rinci Konflik Rusia-Ukraina (BAGIAN I)
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.
Ukraina dan Barat mengatakan tuduhan fasis tidak berdasar dan bahwa perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Moskow mengharapkan Ukraina untuk menerima tuntutannya pada setiap negosiasi damai di masa depan.
Ia ingin Kyiv mengakui kedaulatan Rusia atas Semenanjung Krimea yang direbut Moskow pada 2014, dan kemerdekaan wilayah yang diklaim separatis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)