Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Akan Stop Ekspor Gandum, Ingatkan Potensi Kelaparan Global Tahun Ini

Sejak Rusia menggelar operasi militer khusus ke Ukraina, harga gandum telah meningkat secara signifikan.

Tribunnews.com
ILUSTRASI - Roti gandum menjadi makanan utama banyak negara di dunia. Harga gandum naik drastis menyusul krisis eonomi AS dan konflik Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia, Dmitri Medvedev menyatakan Rusia tidak akan mengekspor bahan pangan yang bisa merugikan pasar domestik.

Data menunjukkan Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum dunia, menyumbang 30 persen total kebutuhan gandum global.

Gandum diperlukan sebagai bahan utama pembuatan material pangan seperti roti, yang jadi makanan pokok di banyak negara.

Sementara asisten Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan dunia bisa menghadapi petaka kelaparan global pada tahun ini.

Dalam sebuah posting Telegram yang panjang, dikutip Russia Today, Kamis (19/5/2022), Dmitri Medvedev mengomentari pernyataan para pemimpin barat tentang keamanan pangan dunia.

Baca juga: India Larang Ekspor Gandum, Ini Efeknya Bagi Indonesia Menurut Ekonom

Baca juga: 47 Juta Orang di Dunia Terancam Alami Krisis Pangan Usai India Larang Ekspor Gandum

Baca juga: Ekspor Gandum Ukraina-Rusia Terhalang Perang, Menteri Jerman Peringatkan Bahaya Kelaparan Global

Sejak Rusia menggelar operasi militer khusus ke Ukraina, harga gandum telah meningkat secara signifikan.

Sanksi ekonomi yang dikenakan ke Moskow oleh AS, Uni Eropa, dan Uni Eropa, Inggris dan beberapa negara barat semakin mendongkrak harga.

Pada Rabu (18/5/2022), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pupuk dan produk makanan dari Rusia harus tersedia ke pasar dunia tanpa hambatan.

Sanksi Barat ke Rusia Mubazir

Medvedev setuju tanpa gandum dan pasokan makanan lainnya dari Rusia, negara-negara pengimpor akan mengalami masa yang sangat sulit.

“Tanpa pupuk Rusia, hanya gulma berair (yang) akan tumbuh di ladang mereka,” tulis Medvedev di kanal pribadinya.

“Yah… itu menyedihkan. Mereka sendiri yang harus disalahkan," imbuhnya.

Menurut pendapat Medvedev, barat seharusnya mendukung upaya mencegah kelaparan global. Ia menuding “sanksi neraka” yang dijatuhkan ke Rusia tidak ada gunanya.

Sanksi justru mengganggu keinginan semua orang untuk menjalani kehidupan yang normal dan sejahtera.

Perluasan NATO dan kekacauan penghitungan utang, pembayaran dan hal-hal lain menurut mantan Presiden Rusia ini, telah memperburuk situasi.

“Paling mengganggu adalah kretinisme kosmik (barat) sendiri,” klaimnya.

Menurut Medvedev, Rusia siap untuk memenuhi semua kewajibannya, tetapi berhak untuk mengharapkan bantuan dari mitra dagang.

Jika tidak, dia menekankan, tidak akan ada logika untuk itu. “Di satu sisi, sanksi gila dikenakan pada kami, dan, di sisi lain, (barat) menuntut pasokan makanan,” katanya.

“Itu tidak akan terjadi, kami bukan idiot,” lanjutnya seraya menambahkan tidak akan ada pengiriman ekspor yang merugikan pasar Rusia.

“Makanan bagi warga Rusia adalah hal yang sakral,” katanya.

Sebelumnya pada Kamis (19/5/2022), penasihat Presiden Rusia Maxim Oreshkin memperkirakan kelaparan global bisa terjadi akhir musim gugur atau akhir tahun ini.

Sejak peluncuran operasi militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, Moskow, Kiev, dan berbagai pemimpin barat saling menuding terkait ancaman krisis pangan.

Selama KTT G7 Maret, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengemukakan inisiatif global untuk ketahanan pangan.

Ini melibatkan rencana darurat untuk pelepasan stok jika terjadi krisis, komitmen multilateral untuk tidak memberlakukan pembatasan ekspor bahan baku pertanian.

Inisiatif juga mencakup peningkatan sementara ambang batas produksi, mendukung produksi pangan berkelanjutan di negara-negara yang paling rentan.

AS Ambil Stok Biji-bijian Ukraina

Upaya AS untuk mengambil alih cadangan biji-bijian Ukraina dapat memicu krisis kemanusiaan di negara itu dan menyebabkan kekurangan biji-bijian secara global.

“Penting dalam kondisi, misalnya, kelaparan global yang akan terjadi lebih dekat ke musim gugur, pada akhir tahun ini di seluruh dunia, Rusia tidak boleh menderita, tetapi disediakan makanan sepenuhnya,” kata Oreshkin dikutip RIA Novosti.

Alasan utama potensi kelaparan global ini, menurutnya, adalah kenaikan harga gandum di pasar dunia, yang berasal dari kebijakan moneter Washington yang tidak bertanggung jawab.

“Hingga sekitar 2020, harga gandum di pasar dunia stabil, tetapi setelah pencetakan dolar meningkat, yang dimulai sekitar Juli 2020, harga mulai naik tajam,” katanya merujuk langkah AS menghadapi pandemic Covid-19.

Washington menggunakan strategi mencetak uang tanpa control, namun dampaknya merusak ekonomi AS. Inflasi di Amerika kini ada di level tertinggi.

Menurut Oreshkin, tindakan terbaru pemerintahan Biden kemungkinan akan memperburuk situasi, yang sudah mengerikan.

“Faktanya, apa yang coba dilakukan Amerika dengan Ukraina sekarang adalah mengambil cadangan biji-bijian yang saat ini dimiliki Ukraina,” katanya.

Harga gandum telah melonjak lebih dari 60 persen tahun ini, dengan lonjakan terakhir akibat gangguan pasokan yang disebabkan konflik di Ukraina dan sanksi barat terhadap Moskow.

Situasi ini semakin diperburuk setelah pemasok biji-bijian utama Rusia, Kazakhstan, dan India sebagian besar melarang ekspor untuk melindungi pasokan makanan domestik mereka.

Mengikuti berita dari New Delhi, harga gandum berjangka naik 5,9 persen pada Senin untuk mencapai tertinggi sepanjang masa $ 12,68 per gantang di bursa komoditas Chicago.

Di pasar Eropa, harga gandum mencapai rekor tertinggi sekitar $461 per ton.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved