Konflik Rusia Vs Ukraina
Terancam Dimusuhi Rusia jika Gabung NATO, Presiden Finlandia Minta Putin 'Ngaca'
Presiden Finlandia, Sauli Niinisto mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus bercermin jika Finlandia resmi bergabung dengan NATO.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Finlandia, Sauli Niinisto mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin harus bercermin jika Finlandia resmi bergabung dengan NATO.
Dilansir Reuters, negara Nordik ini diperkirakan akan mengonfirmasi bergabung tidaknya dalam keanggotaan NATO dalam waktu dekat.
Niinisto menyinggung Putin saat ditanya wartawan di sela pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson di Helsinki.
Lawatan Johnson ke Finlandia bertujuan untuk menyepakati pakta kerja sama pertahanan.
"Jika itu masalahnya, maka tanggapan saya adalah: Anda yang menyebabkan ini. Berkaca," jawab Presiden Niinisto saat ditanya tentang kemungkinan tanggapan permusuhan dari Rusia jika Finlandia memilih untuk bergabung dengan NATO.

Baca juga: Menlu Swedia: Finlandia Hampir Pasti Ajukan Keanggotaan NATO
Baca juga: Inggris Siapkan Terapi Khusus untuk Atasi Ganguan Psikis Pengungsi Ukraina
Rusia berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan NATO, sembari mendesak aliansi militer Barat pimpinan AS itu agar menutup keanggotannya.
Menurut Niinisto, Rusia menganggap Finlandia tidak memiliki "kehendak sendiri" dengan tuntutannya tersebut.
Niinisto mengatakan invasi Rusia ke Ukraina mengubah situasi, karena itu menunjukkan Rusia siap menyerang negara tetangganya.
Menurut laporan Reuters, para diplomat dan pejabat mengatakan bahwa Finlandia diperkirakan akan mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan NATO pada Kamis, sementara Swedia kemungkinan akan segera menyusul.
Sekutu NATO mengharapkan Finlandia dan Swedia akan diberikan keanggotaan dengan cepat, menurut sumber dari lima diplomat.
Di wilayah Nordik, Norwegia, Denmark dan tiga negara Baltik sudah menjadi anggota NATO.
Penambahan Finlandia dan Swedia kemungkinan akan membuat Rusia murka.
Diketahui Moskow menganggap ekspansi NATO merupakan ancaman langsung terhadap keamanannya sendiri.
Putin mengutip masalah ini sebagai salah satu alasan agresi militernya di Ukraina.
Moskow juga telah berulang kali memperingatkan Finlandia dan Swedia agar tidak bergabung dengan aliansi tersebut, dengan mengancam "konsekuensi militer dan politik yang serius".
Perjanjian Keamanan Inggris & Finlandia-Swedia

PM Inggris, Boris Johnson, berjanji akan mendukung Swedia dan Finlandia melawan ancaman dari Rusia dengan cara apapun saat melakukan perjalanan ke dua negara tersebut untuk menandatangani perjanjian keamanan bersama.
Perjanjian itu diteken saat Swedia dan Finlandia sedang mempertimbangkan untuk menjadi anggota NATO, buntut invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Swedia, Magdalena Andersson, Johnson mengatakan jenis dan tingkat dukungan yang mungkin sebagian besar diatur tergantung permintaan Swedia.
Pada Rabu (11/5/2022) setelahnya, PM Inggris ini menandatangani kesepakatan paralel dengan Presiden Finlandia, Sauli Niinistö.
Kesepakatan bersama itu menjanjikan bahwa jika salah satu negara menghadapi serangan atau bencana, mereka "atas permintaan dari negara yang terkena dampak, saling membantu dalam berbagai cara, yang mungkin termasuk cara militer".
Pada konferensi persnya dengan Niinistö di Istana Kepresidenan di Helsinki, Johnson menyebut bahwa bantuan dapat melibatkan pasukan Inggris di Finlandia atau Swedia.
"Ya, kami akan saling membantu, termasuk dengan bantuan militer," kata Johnson, dikutip dari The Guardian.
Sebelumnya dalam pertemuan dengan PM Swedia, Johnson menyebut perang di Ukraina mendorong keputusan ini.
Baca juga: Penasihat Walikota Mariupol: Pasukan Rusia Blokir Semua Rute Evakuasi di Mariupol
Baca juga: Intel AS Sebut Putin Siapkan Perang Panjang di Ukraina, Kemenangan di Timur Tak Akhiri Konflik

"Perang di Ukraina memaksa kita semua untuk membuat keputusan yang sulit. Tetapi negara-negara berdaulat harus bebas membuat keputusan itu tanpa rasa takut atau pengaruh atau ancaman pembalasan," kata perdana menteri.
Ditanya tentang apa arti perjanjian Inggris-Swedia secara praktis, Johnson tidak menjelaskannya secara rinci.
Namun ia tidak sepenuhnya keberatan ketika ditanya apakah perjanjian itu memungkinkan Inggris memberikan bantuan senjata nuklir.
"Ini tentang keputusan bersama kita untuk menunjukkan bahwa kita akan saling mendukung dan membela satu sama lain," katanya.
"Ketika menyangkut pencegah nuklir kami, itu adalah sesuatu yang umumnya tidak kami komentari, tetapi yang saya jelaskan adalah bahwa terserah pada salah satu pihak untuk mengajukan permintaan, dan kami menganggapnya sangat serius."
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)