Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kepala CIA Bicara Soal Putin Tak Mau Kalah Perang, Senjata Nuklir hingga China yang Gelisah

Direktur CIA, Bill Burns mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin meyakini bahwa ia tidak boleh kalah dalam perang di Ukraina.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin dan peluncuran rudal balistik antarbenua Sarmat. Direktur CIA, Bill Burns mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin meyakini bahwa ia tidak boleh kalah dalam perang di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA), Bill Burns mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin meyakini bahwa ia tidak boleh kalah dalam perang di Ukraina.

Kendati demikian, tidak ada tanda-tanda rencana untuk menggunakan senjata nuklir taktis.

Terlepas dari kegagalan Rusia untuk merebut ibu kota Kyiv dan pergantian strategi untuk menyerang Donbass, Burns menilai, Putin tidak mengubah pandangan bahwa pasukannya bisa mengalahkan Ukraina.

Keyakinan Putin pada kemampuan Rusia untuk melemahkan perlawanan Ukraina mungkin belum tergoyahkan, meskipun pasukannya menderita kekalahan penting di medan perang.

"Saya pikir dia dalam kerangka berpikir di mana dia tidak percaya dia mampu untuk kalah," kata Burns dalam konferensi pers, Sabtu (7/5/2022), dilaporkan Al Jazeera

Seorang wanita memegang poster foto Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tulisan
Seorang wanita memegang poster foto Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tulisan "pembunuh" di bawahnya, selama demonstrasi menuntut Bulgaria untuk memberikan senjata dan amunisi ke Ukraina di Sofia, pada 28 April 2022. (Nikolay DOYCHINOV / AFP)

Baca juga: Rusia Jatuhkan Bom di Sekolah Wilayah Luhansk, 30 Orang Diselamatkan dari Puing-puing

Baca juga: Rusia Diperkirakan Gelontorkan Belasan Triliun Rupiah per Hari untuk Perang di Ukraina

Kepala badan intelijen Amerika Serikat (AS) ini mengatakan, Putin telah "menggodok" serangan di Ukraina selama bertahun-tahun.

Ia menggambarkan pemikiran pemimpin Rusia itu sebagai "kombinasi yang sangat mudah terbakar dari keluhan dan ambisi dan ketidakamanan".

Burns menilai, Rusia tidak terhalang perlawanan keras dari militer Ukraina karena Putin mempertaruhkan banyak hal untuk meluncurkan invasi ini.

"Saya pikir dia yakin sekarang bahwa menggandakan (penyerangan) masih akan memungkinkan dia untuk membuat kemajuan," katanya.

Bakal pakai senjata nuklir taktis?

Burns, yang juga mantan duta besar AS untuk Rusia yang telah lama mempelajari pemimpin Rusia itu mengatakan bahwa CIA dan badan-badan intelijen Barat lainnya tidak melihat indikasi Moskow siap mengarahkan senjata nuklir taktis untuk memenangkan pertarungan di Ukraina atau merebut Kyiv.

Sebelumnya, Rusia telah menyiagakan pasukan nuklirnya tidak lama setelah meluncurkan invasi pada 24 Februari.

Sejak itu, Putin dan pejabat Rusia lainnya membuat ancaman terselubung tentang penggunaan senjata nuklir taktis jika Barat campur tangan secara langsung dalam konflik Ukraina.

Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat. Pasukan Respons, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Moskow, mengatakan pada 17 Februari 2022 bahwa negaranya akan siap menyambut
Video handout yang diambil dan dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada 17 Februari 2022, menunjukkan peluncur roket ganda Grad menembaki target musuh tiruan selama latihan gabungan angkatan bersenjata Rusia dan Belarusia sebagai bagian dari inspeksi Angkatan Bersenjata Negara Serikat. Pasukan Respons, di lapangan tembak Obuz-Lesnovsky dekat kota Baranovichi di Belarus. - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu Moskow, mengatakan pada 17 Februari 2022 bahwa negaranya akan siap menyambut "senjata nuklir" jika ada ancaman dari Barat, di tengah krisis di Ukraina. (Photo by Russian Defence Ministry / AFP) (AFP/-)

"Kami tidak melihat, sebagai komunitas intelijen, bukti praktis pada titik perencanaan Rusia untuk penyebaran atau bahkan potensi penggunaan senjata nuklir taktis," kata Burns.

"Mengingat jenis goncangan pedang yang, kami dengar dari kepemimpinan Rusia, kami tidak bisa menganggap enteng kemungkinan itu," tambahnya.

"Jadi kami tetap fokus dengan sangat tajam sebagai dinas intelijen pada kemungkinan-kemungkinan itu pada saat taruhannya sangat tinggi bagi Rusia."

China gelisah

Sementara perang masih memanas, Direktur CIA mengatakan China sedang mempelajari perang Rusia-Ukraina dan memproyeksikannya pada keinginan Beijing menguasai Taiwan.

Burns mengaku tidak percaya Presiden China Xi Jinping mengubah tujuannya untuk menyatukan Taiwan dengan China, bahkan dengan kekerasan jika perlu.

Namun ia meyakini Beijing "terkejut" dengan kinerja buruk pasukan militer Rusia serta perlawanan keras dari Ukraina, ditambah dukungan militer Barat kepada Kyiv.

Pengalaman Rusia di Ukraina mungkin mempengaruhi perhitungan Beijing "tentang bagaimana dan kapan" mereka mencoba untuk menguasai Taiwan, yang dipandang China sebagai provinsi pemberontak.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berfoto selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berfoto selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022. (Alexei Druzhinin / Sputnik / AFP)

Baca juga: Presiden Polandia “Hapus” Perbatasan dengan Ukraina, Siap Terlibat Perang Lawan Rusia?  

Baca juga: PBB Peringatkan Afrika Hadapi Krisis Disebabkan oleh Invasi Rusia ke Ukraina, Harga Makanan Melonjak

"Saya pikir mereka telah dikejutkan oleh cara aliansi transatlantik bersatu untuk membebankan biaya ekonomi pada Rusia sebagai akibat dari agresi itu," lanjutnya.

"(Beijing) gelisah dengan fakta bahwa apa yang telah dilakukan Putin adalah untuk mendorong orang Eropa dan Amerika lebih dekat bersama-sama," kata Burns.

"Kesimpulan apa yang didapat dari semua itu yang masih menjadi tanda tanya," katanya.

Burns menilai, pemerintah China akan lebih hati-hati dalam memperhitungkan biaya dan konsekuensi yang akan ditanggung jika ingin menguasai Taiwan.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved