Elon Musk Jual Saham Tesla Senilai Rp57,8 Triliun, Sebut Tak Ada Lagi Rencana Penjualan
Setelah membeli Twitter, Elon Musk menjual saham Tesla senilai $ 3,99 miliar atau sekitar Rp57,8 triliun. Dia mengatakan tak ada lagi penjualan Tesla.
Penulis:
Yurika Nendri Novianingsih
Editor:
Nuryanti
Pekan lalu UE mengumumkan Undang-Undang Layanan Digital, di mana perusahaan seperti Twitter, Facebook, dan Google harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi konten ilegal atau jika tidak, mereka akan menghadapi denda miliaran euro.
Undang-undang keamanan online Inggris akan bergerak pertama, yang mengharuskan platform media sosial untuk melindungi penggunanya dari konten berbahaya dan mulai berlaku sekitar akhir tahun.
Di AS, ada gerakan untuk perubahan peraturan, meskipun mereka harus mengatasi kemacetan politik yang terus ada.
Proposal legislatif di Washington di antaranya membuat biro keamanan digital baru di Komisi Perdagangan Federal dan pembuatan persyaratan keselamatan bagi anak-anak untuk perusahaan teknologi.
Persyaratan keselamatan anak ini disponsori bersama oleh senator Demokrat Richard Blumenthal, yang memimpin sesi bukti eksplosif dengan pelapor Facebook Frances Haugen tahun lalu.
Ia dikenal vokal dalam dukungannya dalam regulasi media sosial yang lebih besar.
3. Pendapatan dan pertumbuhan pelanggan
Investor Twitter telah lama prihatin dengan pertumbuhan pendapatan dan pengguna perusahaan.
Dalam hasil kuartalan terbaru, pendapatan tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan, meskipun naik 22% menjadi $1,6 miliar dalam tiga bulan terakhir tahun 2021.
Namun, pengguna aktif harian naik 25 juta sepanjang tahun menjadi 217 juta karena perusahaan mengulangi tujuannya mencapai 315 juta pengguna tersebut pada akhir tahun depan.
Dalam tweet yang telah dihapus bulan ini, Musk mengangkat kemungkinan untuk menghapus iklan dari layanan premium platform, Blue, yang tersedia di AS dan Australia.
Twitter menghasilkan 90% dari pendapatan tahunannya sebesar $5 miliar dari iklan, jadi Musk memulai langkah yang berpotensi radikal.
4. Perubahan manajemen
Musk bukan pemegang saham Twitter pertama yang mengungkapkan keprihatinan tentang bagaimana perusahaan dijalankan.
Elliott Management, sebuah perusahaan investasi aktivis, mengambil saham di Twitter pada tahun 2020, di tengah laporan bahwa platform tersebut memiliki kepala eksekutif yang terganggu di bawah Jack Dorsey dan tidak menambahkan produk baru yang inovatif dengan cukup cepat.