Kamis, 2 Oktober 2025

Jilbab Jadi Sorotan Pilpres Prancis, Le Pen akan Denda Wanita yang Berhijab di Tempat Umum

Jilbab bagi muslimah di Prancis menjadi salah satu masalah yang disorot dalam kampanye dua calon presiden Prancis, Emmanuel Macron dan Marine Le Pen.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
JOEL SAGET, ERIC FEFERBERG / AFP
Kombinasi foto yang dibuat pada 10 April 2022 ini menunjukkan kandidat presiden partai sayap kanan Prancis Rassemblement National (RN) Marine Le Pen berpose selama sesi foto di Paris pada 20 Oktober 2021 dan Presiden Prancis dan kandidat partai La Republique en Marche (LREM) Emmanuel Macron berpose untuk sesi foto pada 7 Maret 2017 di markas kampanyenya di Paris. 

"(Wanita Prancis) telah dihukum beberapa tahun terakhir ini karena syal sederhana, tanpa ada pemimpin yang berkenan mencela ketidakadilan ini," kata Attar.

Dia mengulangi argumen yang dibuat oleh banyak wanita bercadar di Prancis, bahwa orang salah mengira pria yang memaksa mereka memakai jilbab dan bukan pilihan pribadi.

"Bagi saya pribadi, pertanyaan tentang jilbab bukanlah obsesi," jawab Macron.

Soal jilbab, Macron berusaha menjauhkan diri dari Le Pen dengan mengatakan tidak akan mengubah hukum apa pun.

Sementara itu, Le Pen berpendapat bahwa jilbab berfungsi sebagai "penanda" ideologi Islam, yang dilihatnya sebagai pintu gerbang ekstremisme.

Menurut laporan Daily Mail, jika terpilih sebagai presiden pada putaran kedua Minggu ini, Le Pen akan melarang wanita mengenakan jilbab di depan umum. 

Bagi yang nekat untuk mengenakannya, akan dikenai denda.

Le Pen Lebih Radikal

Marwan Muhammad, mantan direktur kelompok yang berkampanye melawan Islamofobia yang gerakannya dilarang pemerintah, mengatakan Macron dan Le Pen mengubah Islam di Prancis menjadi sepak bola elektoral untuk mencari dukungan.

Namun Le Pen yang lebih radikal, menurut Marwan, adalah keuntungan bagi Macron.

"Yang dia (Macron) inginkan adalah menampilkan dirinya sebagai alternatif, padahal sebenarnya kebijakannya selama lima tahun terakhir telah merusak umat Islam," tambah Muhammad.

Dilansir The Straits Times, Macron jelas menyadari pentingnya suara dari sekitar lima juta Muslim Prancis, yang diperkirakan mencapai hampir 9 persen dari populasi. 

Pada Selasa lalu saat kunjungan ke Strasbourg, Macron menanyai seorang wanita bercadar.

Ilustrasi wanita Prancis berjilbab.
Ilustrasi wanita Prancis berjilbab. (The Guardian)

Baca juga: Pengadilan India Tegakkan Aturan Larangan Memakai Jilbab di Sekolah dan Perguruan Tinggi

Baca juga: Macron: Prancis Siap Jadi Salah Satu Penjamin Keamanan Ukraina Usai Perang

"Itu karena pilihan. Benar-benar karena pilihan!" kata wanita itu, saat ditanya apakah menggunakan cadar itu pilihannya atau kewajiban.

Macron menjawab, dengan jelas mengacu pada rencana Le Pen: "Ini adalah tanggapan terbaik terhadap sampah yang telah saya dengar."

Presiden Prancis ini kembali menyindir Le Pen selama kunjungan ke kota pelabuhan utara Le Havre.

"Tidak ada satu negara pun di dunia yang melarang jilbab di depan umum. Apakah Anda ingin menjadi yang pertama?" ujarnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved