Konflik Rusia Vs Ukraina
Wanita Ini Lakukan Sabotase Stasiun TV Rusia saat Sedang Siaran Live, Bentangkan Poster ‘No War’
Seorang wanita melakukan aksi sabotase dengna membentangkan poster bertuliskan no war ketika siaran live sedang berlangsung. Ia pun ditangkap.
Stasiun Televisi Pro Kremlin
Stasiun televisi pemerintah adalah sumber berita utama bagi warga Rusia dan orang dekat Kremlin dan salah satunya adalah Channel One.
Sementara terkait wanita yang melakukan sabotase diketahui merupakan anggota dari organisasi independen yang melakukan monitoring terhadap pemerintah, OVD-Info.
Wanita itu juga anggota dari sebuah kelompok HAM, Agora dan bernama Marina Ovsyannikova.
Selain itu, Marina juga bekerja di stasiun televisi Channel One.
Baca juga: Indonesia Buka Peluang Terima Relokasi Manufaktur Otomotif dari Rusia
Kemudian, ketua Agora, Pavel Chikov mengatakan, Marina telah ditahan dan dibawa ke kepolisian Moskow.
Kantor berita Rusia, TASS, mengatakan kemungkinan Marina akan disangkakan dengan dugaan pelecehan terhadap pasukan tentara Rusia.
Undang-undang yang disahkan pada 4 Maret 2022 tersebut membuat segala bentuk aksi publik yang melecehkan pasukan Rusia dinyatakan sebagai tindakan ilegal.
Selain itu, undang-undang tersebut juga melarang penyebaran ‘berita bohong’ dan juga menyebarkan kepada publik informasi yang salah serta menjurus ke Angakatan Darat Rusia.
Apabila melanggar maka akan diancam dengan hukuman hingga 15 tahun penjara.
Sementara mengenai video rekaman wanita yang menyabotase siaran live tersebut, Marina merupakan seorang karyawan di Channel One.
Ia menyatakan bahwa dirinya malu telah bekerja selama bertahun-tahun di stasiun televisi tersebut dan menyebarkan propaganda Kremlin.
Fakta lain dari Marina adalah ayahnya merupakan warga Ukraina dan ibunya adalah masyarakat Rusia.
Marina juga menyatakan apa yang terjadi di Ukraina dan dilakukan oleh Rusia adalah sebuah kejahatan dan menyatakan sosok yang patut disalahkan adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin.
“Apa yang terjadi di Ukraina adalah kejahatan dan Rusia merupakan negara agresor. Tanggung jawab atas agresi yang terjadi hanya pantas dibebankan kepada seseorang dan orang tersebut adalah Vladimir Putin,” ujarnya.