Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sulit Akses Aset, Rusia Minta Bantuan China untuk Simpan Emas Sebesar 300 Miliar Dolar AS

Sanksi ekonomi telah dirasakan oleh Rusia. Salah satunya kesulitan dalam mengakses dana cadangan emas sebesar 300 miliar dolar AS di China.

id.china-embassy.org
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping - Sanksi ekonomi telah dirasakan oleh Rusia. Salah satunya kesulitan dalam mengakses dana cadangan emas sebesar 300 miliar dolar AS di China. 

"Kita telah berkomunikasi secara langsung dan tertutup terhadap Beijing bahwa sanksi secara masif terhadap Rusia akan berdampak luas."

“"Sehingga dalih untuk membantu Rusia oleh China akan berdampak luas pula," ujar Sullivan.

"Kita tidak akan mengijinkan negara manapun untuk menjadi 'rekan perlindungan' Rusia terkait sanksi ekonomi yang diterimanya," imbuhnya.

Kerjasama Rusia-China

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu pada 3 September 2017 silam.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping saat bertemu pada 3 September 2017 silam. (mfa.gov.cn)

China telah menjadi satu dari beberapa negara yang enggan untuk mengkritisi invasi Rusia ke Ukraina.

Hal konkret yang dilakukan adalah ketika Presiden China, Xi Jinping menerima kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin ketika pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing.

Diterimanya Putin oleh Xin Jinping adalah seminggu sebelum Rusia melakukan invasi.

Selama kunjungan Putin ke China bulan lalu, kedua pemimpin tersebut dikabarkan telah mendeklarasikan hubungan ‘tanpa batas’ dan dibuktikan dengan adanya pernyataan di dalam sebuah perjanjian yang berjumlah 5.000 kata.

Pemerintah China juga telah mengatakan kepada AS agar tidak mempermasalahkan kerjasama yang dilakukan Rusia terhadap negaranya.

Baca juga: Pertempuran Sengit di Irpin, Pasukan Ukraina Menembak ke Segala Arah untuk Menghalau Rusia

Pihak China menyatakan apabila AS mempermasalahkan kerjasama negaranya maka negara adidaya tersebut juga harus mengingat invasi terhadap Rusia yang ternyata ‘salah target’.

Sebagai informasi, invasi AS ke Irak berawal dari adanya dugaan temuan bahwa mantan Presiden Irak, Saddam Hussein menimbun senjata pemusnah masal.

Namun ternyata dugaan AS tersebut salah karena ketika ditelusuri, senjata pemusnah massal tersebut tidak pernah ditemukan hingga saat ini.

Sementara dalam kerjasama ekonomi antara China-Russia, negara pimpinan Putin tersebut adalah pasar ekspor terbesar China setelah Uni Eropa.

Baca juga: Rusia Tembakkan 30 Rudal ke Perbatasan Polandia Setelah Ancam Serang Pengiriman Senjata ke Ukraina

Buktinya sepanjang tahun 2021, berdasarkan data dari bea cukai China, Rusia mengekspor China dengan nilai sebesar 79,3 miliar dolar AS.

Ekspor tersebut didominasi oleh migas dengan persentase sebsar 56 persen dari total ekspor Rusia ke China.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved