Konflik Rusia Vs Ukraina
China akan Beri Bantuan Kemanusiaan Rp11,3 Miliar ke Ukraina
China mengatakan akan memberikan bantuan kemanusiaan senilai 5 juta yuan atau sekitar Rp 11,3 miliar ke Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Palang Merah China akan memberikan sejumlah bantuan kemanusiaan senilai 5 juta yuan atau sekitar Rp 11,3 miliar ke Ukraina.
Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian pada Rabu (9/3/202).
Dikutip dari CNA, bantuan yang diberikan berupa kebutuhan sehari-hari.
Invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu telah mengirim lebih dari 1,5 juta warga Ukraina melarikan diri ke luar negeri.
Sementara warga yang tersisa di kota Mariupol kehabisan listrik, makanan, dan air minum, setelah lebih dari seminggu pengeboman.
China telah menolak untuk menggambarkan kegiatan Rusia di Ukraina sebagai invasi.
Rusia menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus".
Baca juga: Kena Sanksi Ekonomi, Pengusaha Rusia Kini Pakai Yuan dan Bank China untuk Berbisnis
Baca juga: Ancaman Krisis Global Mengintai di Balik Perang Rusia-Ukraina, Dikhawatirkan Berdampak ke Indonesia
China Siap Jadi Penengah Rusia-Ukraina
Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa China bersedia "bekerja secara aktif" dengan komunitas internasional untuk menengahi perang di Ukraina, Selasa (8/3/2022.
Selama panggilan virtual dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Xi mengatakan situasi di Ukraina mengkhawatirkan dan China sangat berduka dengan pecahnya perang lagi di benua Eropa, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari CNN.
"China akan tetap berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Prancis, Jerman dan Uni Eropa dan, mengingat kebutuhan pihak-pihak yang terlibat, bekerja sama secara aktif dengan masyarakat internasional," kata pernyataan itu.
China menambahkan bahwa semua upaya kondusif untuk penyelesaian damai terhadap krisis harus didukung.
Menurut Kementerian Luar Negeri China, Scholz dan Macron mengatakan kedua negara siap untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Beijing untuk mempromosikan pembicaraan damai.
China dan Rusia berbagi kepentingan strategis dalam menantang Barat.
Meski begitu, invasi ke Ukraina telah menguji persahabatan mereka .
China tidak secara langsung mengutuk serangan Rusia atau menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, tetapi juga tidak terburu-buru untuk membantu Rusia setelah ekonominya terkena sanksi dari seluruh dunia, dengan para ahli mengatakan pilihan Beijing terbatas.
Analis mengatakan bank dan perusahaan China juga takut akan sanksi sekunder jika mereka berurusan dengan rekan-rekan Rusia.
Baca juga: Khawatirkan Situasi di Ukraina, China Akan Kirim Bantuan dan Desak Kedua Pihak Menahan Diri
Baca juga: Pasokan Gas Minim, China Genjot Produksi Batubara Untuk Penuhi Kebutuhan Energi Dalam Negeri
Beijing secara konsisten menolak untuk menyebut perang di Ukraina sebagai invasi Rusia, dan para pejabat China secara teratur menunjuk ekspansi NATO ke arah timur sebagai akar penyebab konflik, meniru poin pembicaraan penting Rusia.
Xi menekankan perlunya mendukung pembicaraan damai dan mendorong kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan dan membawa hasil damai, menurut pernyataan Selasa.
Sekali lagi, China meminta pihak-pihak untuk melakukan "pengekangan maksimum" untuk mencegah krisis kemanusiaan besar-besaran.
China juga mengatakan siap untuk menyediakan pasokan bantuan kemanusiaan lebih lanjut bagi Ukraina.
Menteri Luar Negeri, Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pekan lalu bahwa China "siap mencari solusi damai" dalam pembicaraan diplomatik untuk mengakhiri perang.
Xi sekali lagi mengutuk sanksi Barat selama panggilan telepon hari Selasa, memperingatkan mereka akan "meredam ekonomi global yang sudah dirusak oleh pandemi."
"Ini bukan untuk kepentingan siapa pun. Kita perlu secara aktif mengadvokasi visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan," kata Xi, menurut pernyataan itu.
(Tribunnews.com/Yurika)