Minggu, 5 Oktober 2025

Serangan Rusia dari Grozny, Aleppo, hingga Ukraina - Perlawanan selalu dibalas kekuatan senjata

Rusia selalu menjawab perlawanan dengan perlengkapan militer dan pengepungan. Warga Ukraina berharap apa yang telah terjadi di Grizny dan Aleppo

Ketika saya menulis laporan ini, pusat Kota Kyiv dan kebanyakan daerah pinggiran di sekitarnya belum tersentuh pasukan Rusia. Bunyi raungan sirine dan peringatan bersahutan.

Semua orang yang ada di sini tahu, keadaan ini bisa berubah dengan cepat. Saat Anda membaca artikel ini, perubahan itu mungkin telah terjadi.

Kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, telah merasakan kekuatan serangan Rusia. Begitu pun Mariupol dan kota-kota lain di wilayah timur.

Rusia menjawab perlawanan dengan unjuk kekuatan senjata. Alih-alih mengirim pasukan untuk bertempur dari rumah ke rumah dan ruang ke ruang, doktrin militer mereka selalu hancurkan musuh menggunakan artileri serta serangan udara.

Kharkiv dan kota-kota lain mengalami kerusakan parah, dan sejauh yang kita ketahui, banyak korban masyarakat sipil.

Kursi-kursi di gedung pemerintahan lokal Kharkiv hancur lebur oleh serangan misil yang terekam dalam video. Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin sedang mengirimkan pesan kepada Kyiv - 'Lihat apa yang terjadi di timur, karena ini bisa menimpa kalian.'

Kesimpulan menyedihkan yang saya ambil dari peperangan lain, ketika saya menyaksikan sendiri aksi Rusia, adalah keadaan semacam ini bisa terus memburuk.

Baca juga:

'Tanah bergetar'

Sejauh ini, Putin belum memberikan perintah yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti yang pernah dilakukan pasukan Rusia ke Grozny, saat Republik Chechnya memberontak pada 1900-an, dan di Suriah saat Putin melibatkan Rusia dalam perang pada 2015.

Saya meliput perang pertama di Chechnya pada musim dingin 1994-1995. Sama seperti yang terjadi di Ukraina, tentara Rusia melakukan beberapa blunder serius di lapangan.

Kendaraan-kendaraan perang lapis baja disergap oleh pemberontak Chechnya di jalan-jalan sempit lalu dihancurkan. Banyak tentara yang bergabung melalui wajib militer tidak mau bertarung dan mati.

Sebelum invasi ke Ukraina, banyak analis militer yang mengatakan pasukan Rusia kini jauh lebih profesional.

Mungkin saja pasukan Rusia lebih profesional, namun invasi Rusia kali ini juga telah dihambat masalah logistik, kesalahan taktis, dan remaja-remaja tanggung ketakutan yang tidak diberitahu sebelumnya bahwa mereka akan pergi berperang.

Faktor lainnya, lawan mereka begitu tangguh seperti saat perang Chechnya pada 1995.



Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved