Konflik Rusia Vs Ukraina
Warga Jerman Sambut Ribuan Pengungsi dari Ukraina, Sediakan Makanan hingga Tempat Tinggal
Ratusan warga Jerman menyambut ribuan pengungsi dari Ukraina dan menyediakan makanan hingga tempat tinggal untuk mereka.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Warga Jerman menyambut ribuan pengungsi dari Ukriana di stasiun di Berlin.
Pengungsi Ukraina diketahui diberikan fasilitas gratis mendapatkan tiket kereta api menuju negara manapun di Eropa bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan.
Sementara bagi yang tidak ingin melakukan perjalanan akan memperoleh tempat tinggal di sebuah aula yang cukup luas di Berlin.
Dikutip dari BBC, kerumunan warga Jerman yang terdiri dari individu serta keluarga menyambut para pengungsi dari Ukraina dan menawari tempat tinggal.
Selain itu, adapula yang membawa makanan dan minuman, kartu SIM untuk ponsel, serta tim medis, penerjemah, sukarelawan hingga organisasi yang membantu.
Baca juga: Rusia Serang PLTN Zaporizhzhia, PM Inggris Langsung Serukan Rapat Darurat DK PBB
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina: Pesawat Kiamat Putin Mulai Lepas Landas, Disebut Anti Ledakan Nuklir

Ditambah, warga Jerman yang berkumpul juga memegang poster dengan tulisan beragam seperti: ’Menerima dua orang untuk tinggal! Jangka waktu pendek atau panjang,” tulis salah satu poster.
“Ruangan yang besar. Satu hingga tiga orang. Anak-anak juga disambut! Sepanjang kalian inginkan untuk tinggal,” tulis di poster lain.
Ketika penyambutan, terdapat riuh tepuk tangan ketika seorang pria dengan pengeras suara menanyakan jika siapapun dapat mengajak 13 orang kemudian seseorang maju ke depan.
Orang tersebut adalah ibu dengan anaknya yang juga membawa sebuah poster bertuliskan: Satu ibu, dua anak, empat-enam minggu.”
Selain itu, adapula di sebelah ibu tersebut seorang perempuan berumur sekitar 70 tahun bernama Margot Baldauf dengan membawa poster yang mirip dengan bendera Ukraina.
Poster yang dibawanya bertuliskan “Satu ruangan untuk ibu dan anak-anak”.
“Aku juga merupakan anak dari keluarga pengungsi yang mana ibuku masih hidup dan harus terbang meninggalkan Jerman untuk mencari suaka.”
“Jadi aku merasa harus melakukan sesuatu untuk pengungsi. Ini memang tidak seperti Hitler, tetapi bagiku apa yang dilakukan Putin memiliki kemiripan,” cerita Margot.
Lalu, walaupun para pengungsi terus berdatangan, diperkirakan sudah lebih dari cukup apabila warga di Jerman mengajak pengungsi untuk tinggal bersamanya.
Baca juga: Kebakaran Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina Padam, Kini Lokasinya Dikuasai Rusia
Cerita lain dikatakan oleh seorang warga pinggiran Berlin bernama Matina Wardakas dan suaminya, Timmo Kohlery.
Mereka menyediakan rumahnya untuk ditinggali oleh pengungsi dari Ukraina.
Saat ini, mereka bersama kedua anak perempuannya tinggal bersama empat warga Ukraina.
Keempat warga tersebut bernama Anastasiia bersama dengan anak laki-lakinya, Artemii serta mertua bernama Victoria dan Vladimir.
Namun, suami Anastasiia yang bernama Dimitrii dikabarkan tidak dapat meninggalkan Ukraina karena harus ikut berperang melawan Rusia.
Hal ini membuat Anastasiia tidak dapat menjelaskan kondisi ayahnya ke anak laki-lakinya.
“Ia (Artmeii) terus bertanya setiap saat tentang ayahnya. Di mana ayahnya dan kapan dia bisa melihatnya? Tidak tahu. Aku harap secepatnya,” ujar Anastasiia sambil mengusap air matanya yang menetes.
“Dan ayahku, aku harap dapat melihat secepatnya juga,” imbuhnya.
Sebagai informasi, ayah Anastasiia sedang berusaha untuk melewati perbatasan Ukraina dan pergi ke Jerman secepatnya.
Baca juga: UPDATE Rusia dan Ukraina Sepakati soal Bantuan ke Warga Sipil hingga Zelenskyy Ingin Bertemu Putin
Namun meski dapat pergi meninggalkan Ukraina, keluarga Anastasiia tidak dapat keluar dari perang.
Temannya di Kharkiv sering mengirimkan pesan dalam bentuk video yang menunjukan kerusakan akibat bom milik Rusia dan diarahkan ke rumahnya.
Sementara, cara yang dilakukan Matina dan suaminya, Timmo untuk menampung keluarga Anastasiia adalah dengan memindahkan kamar tidurnya ke kamar anaknya.
Sementara kedua anak perempuan kembarnya, Juna dan Joli harus berbagi kamar tidur.
“Ketika kita mulai membaca berita, kita meyatakan saat ini juga untuk mengajak seseorang ke rumah kita dan memberikan kedamaian,”
“Karena bisa jadi hal semacam ini bisa menimpa kita, itulah yang kita rasakan,” kata Timmo.
Hal serupa juga dilakukan oleh seorang warga pengungsi Suriah yang tinggal di Berlin bernama Tarek Alaows.
Dirinya bersama teman-temannya menyalurkan suplai ke dalam bus.
Tarek merupakan pengungsi Suriah yang terbang ke Jerman pada enam tahun lalu dan harus berjalan selama dua bulan untuk sampai ke Jerman.
Sekarang, ia menuju ke perbatasan Ukraina untuk mengajak para pengungsi ke Jerman.
“Aku tahu apa arti dari menghindari perang dan itulah sebabnya aku ingin menolong orang,” kata Tarek.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina