Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Konflik Rusia-Ukraina akan Meluas Secara Global, Tak Hanya Perang Militer Tapi Perang Dagang & Siber

Hingga saat ini konflik antara Rusia dan Ukraina terus membesar dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.

AFP/SONNY TUMBELAKA
Sejumlah pengunjuk rasa melakukan aksi demonstrasi menentang invasi Rusia ke Ukraina, di depan Konsulat Ukraina, Kota Denpasar, Bali, Selasa (1/3/2022). AFP/SONNY TUMBELAKA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Rusia tampaknya juga menghadapi serangan non-militer dari barat, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Serangan dari negara-negara sekutu AS bukan serangan militer seperti yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Melainkan serangan ekonomi yang dijatuhkan sekutu AS kepada Rusia karena melakukan invasi militer ke Ukraina.

Rusia tampak seperti diisolasi barat.

Beragam sanksi diberikan kepada Rusia, mulai dari larangan terbang pesawat hingga pembekuan aset.

Hingga saat ini konflik antara Rusia dan Ukraina terus membesar dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.

Baca juga: Sanksi Ekonomi Mulai Berimbas, Warga Rusia Kesulitan Ambil Dolar di ATM dan Akses Apple Pay Ditutup

Konflik antara Rusia-Ukraina ini pun dinilai akan menjadi semakin rumit.

Pasalnya setiap konflik militer pasti akan disusul dengan perang lainnya.

Di antaranya seperti perang dagang, perang sanksi, perang sistem finansial hingga perang siber.

Hal tersebut disampaikan oleh Analis Politik Internasional sekaligus Kaprodi Hubungan Internasional FISIP UNS, Drs Ign Agung Setiawan SE S.IKom MSi PhD.

"Konflik ini memang semakin lama menjadi semakin rumit, mengapa? Konflik militer ini pasti dan sudah dimulai akan disusul dengan perang lainnya.  Satu perang dagang, perang sanksi, kemudian perang sistem finansial, dan mungkin sekarang sudah mulai perang siber," kata Agung saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (27/2/2022).

Sejak Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara barat mulai memberikan sanksi kepada Rusia.

Namun nyatanya Sanksi tersebut tidak membuat Rusia bergeming.

Karena menurut Agung, Rusia termasuk negara besar yang mempunyai sumber daya ekonomi yang cukup tinggi.

Sehingga meski Rusia diberi sanksi dari negara barat, Rusia akan tetap bisa bertahan.

"Negara-negara barat memberi sanksi kepada Rusia, tetapi kemudian Rusia tidak bergeming karena sanksi dari barat itu pun juga. Ya katakanlah Rusia ini negara besar."

"Dan dia punya sumber daya ekonomi yang cukup tinggi, sehingga ya diberi sanksi oleh barat pun dia bisa bertahan," terang Agung.

Menurut Agung, sanksi yang barangkali akan membuat kerepotan Rusia adalah sanksi dari sistem keuangan.

Karena bank-bank di Rusia akan dibekukan, sehingga menyebabkan transaksi dagang Rusia menjadi macet.

"Tetapi yang paling akhir barangkali akan membuat kerepotan Rusia, itu adalah dengan sanksi dari sistem keuangan, bank-bank di Rusia dibekukan."

"Sehingga transaksi dagang Rusia kemudian macet. Sehingga dengan demikian ini akan merepotkan Rusia juga, dan ini juga akan merepotkan rakyat," pungkasnya.

Sejumlah pengunjuk rasa membawa poster saat melakukan demonstrasi menentang invasi Rusia ke Ukraina, di kawasan Monumen Bajra Sandhi, Kota Denpasar, Bali, Selasa (1/3/2022). AFP/SONNY TUMBELAKA
Sejumlah pengunjuk rasa membawa poster saat melakukan demonstrasi menentang invasi Rusia ke Ukraina, di kawasan Monumen Bajra Sandhi, Kota Denpasar, Bali, Selasa (1/3/2022). AFP/SONNY TUMBELAKA (AFP/SONNY TUMBELAKA)

Inflasi Berpotensi Makin Tinggi dan Pasar Keuangan Semakin Rapuh

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah memberikan dampak terhadap prospek pemulihan ekonomi global, di mana merupakan konflik paling serius dan terbuka sejak tahun 1945 di Eropa.

Sejauh ini, Rusia telah melakukan serangan udara, merebut pangkalan milIter dan maju menuju Kyiv hingga membuat situasi dan kondisi menegangkan.

"Situasi tersebut membuat harga minyak sempat melewati 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel untuk pertama kalinya sejak 2014, dan gas alam mengalami kenaikkan hingga 62 persen," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya, Selasa (1/3/2022).

Menurutnya, ketika situasi dan kondisi semakin tidak terkendali, pihak Barat mengambil langkah yang tampaknya setengah hati, karena mereka juga harus berhati-hati supaya sanksi tersebut tidak berdampak terhadap negara mereka sendiri.

"Saat ini kerentanan utama yang harus diperhatikan adalah inflasi yang tinggi dan pasar keuangan semakin rapuh. Rumah tangga akan menghabiskan lebih banyak uang mereka untuk membeli bahan bakar dan lebih sedikit untuk barang dan jasa lainnya," kata Nico.

Dengan melonjaknya pengeluaran rumah tangga ini dinilainya akan mendorong mundur kepercayaan diri akan pemulihan ekonomi, dan semakin mempersulit perusahaan untuk mendapatkan dana investasi.

Adapun, seberapa besar hukuman yang diberikan oleh pihak Barat, dampaknya akan ditentukan oleh seberapa besar dan seberapa panjang cakupannya.

"Di sisi lain, tentu saja pihak Rusia seperti yang dikatakannya kemarin bahwa mereka tidak akan tinggal diam," pungkasnya.

Tinggalkan Rusia

Lebih dari 500.000 orang telah meninggalkan Ukraina, menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hal tersebut memicu terjadinya krisis pengungsi ketika ribuan orang menunggu di sepanjang perjalanan menuju penyeberangan perbatasan Eropa.

Setidaknya 102 warga sipil telah tewas sejak invasi dimulai Kamis, tetapi angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, kata kepala hak asasi manusia PBB.

Kanada mengatakan akan melarang impor minyak mentah Rusia, dan Senator dari Partai Republik AS Lindsey Graham mengatakan pemerintahan Biden harus memberikan sanksi pada sektor energi Rusia. Minyak dan gas adalah penghasil ekspor utama Rusia.

Arus perusahaan yang akan hengkang dari Rusia diperkirakan akan meningkat pada Selasa (1/3/2022), memberikan pukulan lebih lanjut terhadap kondisi perekonomian negara itu.

Perusahaan-perusahaan migas seperti Shell, BP dan Equinor dari Norwegia mengatakan mereka akan meninggalkan Rusia.

Bank terkemuka, maskapai penerbangan, dan produsen mobil telah menghentikan aktivitas pengiriman, mengakhiri kemitraan dan menyebut tindakan Rusia tidak dapat diterima.

Diperkirakan akan lebih banyak industri lain yang mempertimbangkan tindakan serupa.

Mastercard MA.N mengatakan telah memblokir beberapa lembaga keuangan dari jaringan pembayarannya sebagai akibat dari sanksi terhadap Rusia dan Visa mengatakan akan mengambil tindakan senada.

Gerakan untuk mengisolasi Rusia telah meluas ke bidang budaya dan olahraga juga.

Tiga studio besar, Sony, Disney, dan Warner Bros., mengatakan mereka akan menghentikan pemutaran film-film di Rusia di masa mendatang, sementara FIFA dan Komite Olimpiade Internasional melarang tim dan atlet Rusia untuk berlaga.

Badan Taekwondo Dunia memutuskan untuk menarik gelar sabuk hitam kehormatan bagi presiden Rusia tersebut setelah Rusia melakukan invasi.

Putin dikenal sangat menggemari olahraga seni bela diri tersebut. 

Sumber: Tribun Solo/VOA/BBC

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved