Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Andi Widjajanto: Dampak Konflik Rusia-Ukraina Kemungkinan Terjadi pada Akhir Maret 2022

Pasalnya, Andi mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan jalur pasokan gas utama ke Eropa Barat.

Penulis: Reza Deni
AFP/DANIEL LEAL
Seorang pria membersihkan puing-puing di sebuah bangunan tempat tinggal yang rusak di Koshytsa Street, pinggiran ibukota Ukraina Kyiv, di mana sebuah peluru militer diduga menghantam, pada 25 Februari 2022. - Pasukan Rusia mencapai pinggiran Kyiv pada hari Jumat seperti yang dikatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pasukan penyerang menargetkan warga sipil dan ledakan terdengar di ibu kota yang terkepung. Ledakan sebelum fajar di Kyiv memicu hari kedua kekerasan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menentang peringatan Barat untuk melancarkan invasi darat skala penuh dan serangan udara pada Kamis yang dengan cepat merenggut puluhan nyawa dan membuat sedikitnya 100.000 orang mengungsi. (Photo by Daniel LEAL / AFP) 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) RI Andi Widjajanto mengatakan dampak dari konflik Rusia dan Ukraina akan terjadi kemungkinan pada akhir Maret 2022.

"Kalau perangnya berkelanjutan, yang pasti akan segera terasa impactnya itu kenaikan komoditas kenaikan BBM," kata Andi dalam kanal Youtube Radio Elshinta, Senin (28/2/2022).

Pasalnya, Andi mengatakan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan jalur pasokan gas utama ke Eropa Barat.

"Rusia memasok gas ke Jerman, ada pipa-pipa gas Rusia yang melalui Ukraina. sekarang pasti terganggu, sehingga kemudian negara-negara eropa barat mencari yang lain, antara lain kembali ke minyak bumi, batu bara, dan karena permintaan naik pada saat ada kelangkaan di sumber yang lain, pasti harganya akan tinggi," tambah Andi.

Baca juga: Putin Siagakan Pasukan Nuklir, Rusia-Ukraina Siap Gelar Dialog Damai

Indonesia akan merasakan pengaruhnya, dikatakan Andi, melalui kenaikan harga BBM non subsidi.

"Beban subsidi BBM di APBN akan meningkat drastis. Itu baru satu, belum lagi komoditas-komiditas lain seperti gandum yang kita impor dari Ukraina ya," kata Andi.

Gandum, dikatakan Andi, ada sekitar 60-80 persen diimpor dari Ukraina, dan tampaknya memang bagi masyarakat tidak terasa

"Kalau kita makan biskuit atau sarapan sereal, itu kan ada gandumnya dan mungkin ada kenaikan-kenaikan yang signifikan dari sisi harga, tapi semoga tidak terjadi kelangkaan," pungkas dia.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved