Konflik Rusia Vs Ukraina
Selangkah Lagi Rusia Menyerbu Ukraina, Apa yang Bisa Dilakukan Amerika dan Sekutunya?
Sementara seorang saksi mata kepada Reuters mengatakan, melihat barisan kendaraan militer termasuk tank pada Selasa (22/2) pagi di pinggiran Donetsk
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pencitraan satelit selama 24 jam terakhir menunjukkan sejumlah pasukan dan perlengkapan militer baru diberangkatkan dari sebelah barat Rusia, dan lebih dari 100 kendaraan di pangkalan udara di Belarus, dekat perbatasan Ukraina.
Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pengerahan pasukan ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk setelah mengakui mereka merdeka pada Senin (21/2/2022).
Keputusan ini dianggap bisa mempercepat krisis yang dikhawatirkan Barat dapat memicu perang besar.
Seorang saksi mata Reuters melihat tank dan perangkat militer lainnya bergerak melalui kota Donetsk yang dikuasai separatis setelah Putin mengeluarkan dekrit yang isinya mengakui kemerdekaan wilayah pecahan Ukraina itu dan mengatakan kepada kementerian pertahanan Rusia untuk mengirim pasukan untuk "menjaga perdamaian".
Langkah itu mengundang kecaman AS dan Eropa dan janji sanksi baru meskipun tidak jelas apakah itu langkah besar pertama Putin menuju serangan skala penuh di Ukraina yang telah diperingatkan oleh pemerintah Barat selama berminggu-minggu.
Seorang pejabat senior AS mengatakan pengerahan pasukan ke kantong-kantong yang memisahkan diri yang sudah dikendalikan oleh separatis yang setia kepada Moskwa belum merupakan "invasi lebih lanjut" yang akan memicu sanksi paling keras, tetapi kampanye militer yang lebih luas bisa datang kapan saja.
Dapat izin parlemen
Di sisi lain, Presiden Vladimir Putin dikabarkan justru mendapat lampu hijau dari Majelis Tinggi Parlemen Rusia pada Selasa (22/2) untuk mengerahkan militer ke dua wilayah yang dikuasai separatis di Ukraina Timur, untuk apa yang dikatakan sebagai misi "penjaga perdamaian".
Mengobarkan krisis dengan Barat, anggota Majelis Tinggi Parlemen Rusia memberikan suara setuju setelah Putin meminta izin untuk mengerahkan pasukan ke luar negeri.
Langkah itu setelah Moskow mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina Timur pada Senin (21/2).
Keputusan itu segera berlaku, menurut anggota Parlemen Andrei Klishas.
"Dengan menyetujui penggunaan angkatan bersenjata di luar negeri, kami menganggap mereka akan menjadi pasukan penjaga perdamaian, pasukan yang dirancang untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di republik (yang memproklamirkan diri di Ukraina Timur)," kata Valentina Matvienko, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia, seperti dikutip Reuters.
Ketika anggota Parlemen Rusia bertemu untuk membahas rencana pengerahan militer tersebut, Kremlin mengumumkan, Putin telah meratifikasi perjanjian persahabatan dengan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk yang memisahkan diri di Ukraina Timur.
Rusia mengatakan, ratifikasi perjanjian tersebut memungkinkannya untuk membangun pangkalan militer di kedua wilayah itu, mengerahkan pasukan, menyetujui postur pertahanan bersama, dan memperketat integrasi ekonomi.
Sementara seorang saksi mata kepada Reuters mengatakan, melihat barisan kendaraan militer termasuk tank pada Selasa (22/2) pagi di pinggiran Donetsk, ibu kota salah satu dari dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur.
Sedang wartawan Reuters melihat sekitar lima tank dalam satu kolom di pinggir kota Donetsk dan dua lagi di bagian lain kota itu.
Baca juga: Rusia-Ukraina Memanas, PM Pakistan akan Bertemu Putin
Tidak ada lencana yang terlihat, tetapi kemunculan tank-tank itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin menandatangani perjanjian persahabatan dengan dua wilayah separatis dan memerintahkan pasukan Rusia untuk mengerahkan operasi penjaga perdamaian.
Apa yang bisa dilakukan Amerika Cs? Berikut sejumlah tindakan yang diduga bakal dilakukan Washington:
Pembatasan keuangan
Salah satu tindakan yang dipertimbangkan adalah mengecualikan Rusia dari sistem yang dikenal sebagai Swift - layanan pesan keuangan global.
Sistem ini digunakan oleh ribuan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara.
Tindakan ini secara efektif akan mempersulit bank-bank Rusia melakukan bisnis di luar negeri.
Sanksi ini digunakan terhadap Iran pada 2012 dan negara itu kehilangan pendapatan minyak secara signifikan dan sebagian besar perdagangan luar negeri.
Tetapi sanksi ini akan menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jerman yang bank-banknya memiliki hubungan dekat dengan lembaga keuangan Rusia.
Gedung Putih mengatakan kerugian itu tidak mungkin dilepaskan sebagai tanggapan langsung terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
"Mungkin Anda tidak akan melihat SWIFT dalam paket peluncuran awal," kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional Daleep Singh.
Kliring dolar
AS dapat melarang Rusia melakukan transaksi keuangan yang melibatkan Dollar AS.
Pada dasarnya, setiap perusahaan Barat yang mengizinkan satu institusi Rusia untuk berurusan dengan Dolar akan menghadapi hukuman.
Ini artinya Rusia akan sangat terbatas dalam apa yang bisa dibeli dan dijual di seluruh dunia.
Sanksi seperti ini dapat berdampak besar pada ekonomi Rusia karena sebagian besar penjualan minyak dan gasnya diselesaikan dalam Dollar.
Utang negara
Kekuatan Barat dapat mengambil tindakan memblokir akses Rusia lebih lanjut ke pasar utang internasional.
Kemampuan lembaga dan bank-bank Barat untuk membeli obligasi Rusia sudah dibatasi - pembatasan itu bisa diperketat.
Tindakan ini akan menghilangkan akses negara ke keuangan yang dibutuhkan guna menumbuhkan ekonominya. Biaya pinjaman negara mungkin naik dan nilai Rubel barangkali turun.
Rusia telah bersiap menghadapi situasi seperti ini dengan mengurangi jumlah utang yang dipegang oleh investor asing.
Blokir bank
AS dapat dengan mudah membuat daftar hitam beberapa bank Rusia, sehingga nyaris tidak mungkin bagi siapa pun di dunia untuk melakukan transaksi dengan mereka.
Moskow harus menyelamatkan bank dan melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menghindari kenaikan inflasi dan penurunan pendapatan.
Namun, hal ini akan memiliki dampak negatif yang besar bagi para investor Barat yang memiliki uang di bank-bank Rusia tersebut.
Menargetkan kontrol ekspor
Negara-negara Barat dapat membatasi ekspor komoditas utamanya ke Rusia.
Amerika Serikat, misalnya, dapat menghentikan perusahaan yang menjual barang apa pun yang menyangkut teknologi, perangkat lunak atau peralatan Amerika.
Beberapa hal yang termasuk di dalamnya, khususnya, microchip semikonduktor, yang digunakan dalam segala hal mulai dari mobil hingga ponsel pintar, peralatan mesin hingga elektronik konsumen.
Upaya ini akan menargetkan tidak hanya sektor pertahanan dan kedirgantaraan Rusia, tetapi seluruh bidang ekonominya.
Pembatasan energi
Ekonomi Rusia sangat bergantung pada penjualan gas dan minyak ke luar negeri. Penjualan tersebut merupakan sumber pendapatan yang sangat besar bagi Kremlin.
Barat dapat melarang negara-negara dan perusahaan-perusahaan membeli minyak dari raksasa energi besar Rusia seperti Gazprom atau Rosneft.
AS dapat menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk menghentikan pipa gas baru di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman - yang disebut Nord Stream 2 - mulai beroperasi. Jaringan pipa ini telah dibangun tetapi masih menunggu persetujuan atas peraturan yang dibuat
Presiden Biden mengatakan: "Saya berjanji padamu bahwa kami akan mampu melakukannya"
Namun, pembatasan apa pun pada gas Rusia akan menaikkan harga di seluruh Eropa, yang sebagian besar bergantung pada energi dari timur.
Individu-individu yang menjadi target
Sanksi baru dapat ditargetkan pada individu-individu, termasuk tidak hanya pada rekanan Vladimir Putin, tetapi juga presiden Rusia itu sendiri.
Tindakan ini kemungkinan besar akan berupa hukuman atas permusuhan Rusia terhadap Ukraina atau mengancam kedaulatan atau integritas teritorialnya.
Pembekuan aset dan larangan bepergian adalah opsi yang paling mungkin. Tetapi banyak sanksi semacam itu sudah berlaku dan belum banyak mengubah perilaku Rusia.
Harapan kekuatan AS dan Eropa adalah bahwa elit Rusia akan menekan Putin jika mereka tidak dapat mengakses kekayaan mereka di negara asing dan mendidik anak-anak mereka di berbagai sekolah dan universitas barat.
Biden Umumkan Sanksi Terbaru untuk Rusia
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden telah mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia.
Sanksi tersebut menargetkan utang negara Rusia serta dua lembaga keuangan besar Rusia, termasuk bank militer negara itu, kata Biden.
“Itu berarti kami telah memutuskan pemerintah Rusia dari pembiayaan Barat.
Ia tidak dapat lagi mengumpulkan uang dari Barat dan tidak dapat memperdagangkan utang barunya di pasar kita atau pasar Eropa juga,” ujar Presiden AS itu
Pada Senin (21/2/2022), Putin mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) yang diproklamirkan sendiri dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), daerah yang telah menyaksikan pertempuran antara separatis yang didukung Moskow dan pemerintah Ukraina sejak 2014.
Moskow kemudian menandatangani perjanjian dengan wilayah yang memungkinkannya untuk membangun kehadiran militer di Ukraina Timur.
Pemerintahan Biden awalnya menanggapi dengan sanksi yang menargetkan perdagangan di dua wilayah secara khusus, tetapi tindakan pada Selasa berlaku untuk Rusia sendiri.
“Kami juga akan menjatuhkan sanksi pada elit Rusia dan anggota keluarga mereka. Mereka berbagi keuntungan korup dari kebijakan Kremlin dan harus berbagi rasa sakit juga, ”kata Biden.