Prancis Menarik Militernya dari Mali setelah Sembilan Tahun Perangi Teroris
Prancis akan menarik militer dari Mali setelah lebih dari sembilan tahun melancarkan operasi melawan terorisme di negara itu.
Hubungan antara Prancis dan Mali memburuk setelah dua kudeta dan keengganan rezim militer baru untuk menyetujui transisi langsung ke pemerintahan sipil.
Duta Besar Prancis untuk bekas jajahan itu diusir awal bulan ini.
Kehadiran tentara bayaran Rusia dari kelompok militer swasta Wagner telah meningkatkan ketegangan dengan Paris.
Uni Eropa juga menuduh rezim militer Mali menggunakan mereka untuk menopang kekuatannya.
Penarikan ini berlaku untuk 2.400 tentara Prancis di Mali dan beberapa ratus personel pasukan Eropa lainnya.
Sementara itu, sekitar 18.000 penjaga perdamaian PBB akan tetap berada di Mali.
Pasukan PBB dan ratusan personel dalam misi pelatihan EUTM dan EUCAP Uni Eropa mengandalkan pasukan Prancis untuk dukungan medis, udara, dan darurat.

Baca juga: Prabowo Beli 42 Pesawat Tempur Dassault Rafale Cs dari Prancis: Ini Pro dan Kontranya
Baca juga: Alasan Pemerintah Bakal Hibahkan Vaksin Merah Putih ke Negara Afrika
Sekitar 300 tentara Inggris juga telah dikirim ke Mali.
Juru bicara militer Prancis, Pascal Ianni, mengatakan Paris akan melanjutkan dukungan itu selama pemerintah setempat mengizinkannya.
Dengan relokasi ke Niger dan reorganisasi militer yang didirikan di kawasan itu, Prancis dan sekutunya berharap bisa menghindari kekacauan seperti penarikan pasukan AS dari Afghanistan tahun lalu.
Masalah ini penting bagi Macron, yang diperkirakan akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden Prancis 10 April.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)