Minggu, 5 Oktober 2025

100.000 Anak di Kenya Barat Sudah Divaksin Malaria, Tingkat Penerimaan Rumah Sakit Menurun

Lebih dari 100.000 anak di Kenya bagian barat telah menerima vaksin baru untuk melawan malaria. Tingkat penerimaan rumah sakit menurun.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Brian Ongoro / AFP
Seorang petugas kesehatan menyiapkan vaksinasi malaria untuk seorang anak di rumah sakit Sub-County Yala, di Yala, Kenya, pada 7 Oktober 2021. Lebih dari 100.000 anak di Kenya bagian barat telah menerima vaksin baru untuk melawan malaria. Tingkat penerimaan rumah sakit menurun. 

"Kami sangat senang karena tidak ada anak kami yang sakit," kata Akinyi.

Adik iparnya, Millicent Akoth Oyoya, memutuskan untuk memvaksin anak-anaknya setelah melihat manfaat yang didapatkan keponakan-keponakannya.

"Ketika anak bungsu Akinyi divaksinasi, anak itu tidak pernah terkena malaria," kata Oyoya di sebuah klinik sambil menunggu anaknya yang berusia sembilan bulan divaksinasi di wilayah Danau Victoria.

"Jadi saya memutuskan untuk membawa anak saya juga agar dia bebas malaria."

Pekerja sanitasi bersiap untuk melakukan pengasapan di sebuah daerah di kota pesisir selatan Yaman, Aden pada 3 Mei 2020, sebagai bagian dari kampanye untuk mencegah penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti malaria, demam berdarah, dan virus Chikungunya, di tengah-tengah pandemi COVID-19.
Pekerja sanitasi bersiap untuk melakukan pengasapan di sebuah daerah di kota pesisir selatan Yaman, Aden pada 3 Mei 2020, sebagai bagian dari kampanye untuk mencegah penyakit yang ditularkan oleh serangga seperti malaria, demam berdarah, dan virus Chikungunya, di tengah-tengah pandemi COVID-19. (Saleh Al-OBEIDI / AFP)

Klinik kesehatan di Kenya barat kini mulai melihat perubahan.

Biasanya bangsal anak dipenuhi dengan anak-anak yang menderita malaria.

Penerimaan pasien yang dirawat karena malaria juga menurun, begitu pula keparahan gejalanya.

"Sejak kami mulai memberikan vaksin malaria pada September 2019, kami telah melihat penurunan kasus malaria," kata Elsa Swerua, kepala perawat malaria di Puskesmas Akala di Kabupaten Siaya.

"Bahkan anak-anak yang terkena malaria, tidak parah, dan jumlah kematian akibat malaria juga turun."

Lebih sedikit malaria, berarti lebih sedikit perawatan di rumah sakit, keuntungan bagi keluarga yang berjuang untuk membayar pengobatan lagi dan lagi.

"Sebelum vaksin, kami menghabiskan banyak uang untuk pengobatan dan pergi ke rumah sakit. Biayanya tinggi," kata Akinyi.

"Sekarang, ada lebih banyak uang untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya," katanya.

Dr Simon Kariuki, kepala peneliti di Kenya Medical Research Institute, dan seorang ahli terkemuka tentang malaria, mengatakan bahwa vaksin adalah pengubah permainan.

"Kami menunjukkan bahwa vaksin ini aman, dan dapat diberikan kepada anak-anak muda Afrika yang menanggung beban malaria yang lebih tinggi," katanya.

Uji coba percontohan telah menunjukkan bahwa vaksin dapat "mengurangi infeksi malaria pada anak-anak hampir 40 persen", katanya.

WHO telah merekomendasikan agar vaksin diberikan dalam rejimen empat dosis untuk anak-anak dari usia lima bulan di daerah dengan penularan malaria sedang hingga tinggi.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved