Virus Corona
Studi CDC Menunjukkan Masa Inkubasi Varian Omicron Hanya 3 Hari
Studi kecil dari CDC menunjukkan varian Omicron memiliki masa inkubasi yang lebih singkat dari varian sebelumnya, yaitu hanya 3 hari.
TRIBUNNEWS.COM - Varian Omicron dari Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat sejak pertama kali ditemukan di Afrika bagian selatan November lalu, tetapi masih banyak yang belum diketahui tentang varian ini.
Lebih banyak data diperlukan untuk menentukan karakteristik yang tepat dan bagaimana varian ini merespons vaksin yang sudah ada.
Tetapi yang tampaknya tidak diragukan lagi adalah bahwa varian Omicron lebih mudah menular daripada varian sebelumnya seperti Alpha dan Delta.
Dilansir Independent, Omicron telah terdeteksi di setidaknya 89 negara.
Belanda, Jerman dan Korea Selatan bahkan memberlakukan kembali tindakan lockdown untuk memperlambat penyebarannya.
Satu hal yang menjadi jelas selama beberapa minggu terakhir adalah bagaimana varian Omicron berbeda dari strain Covid-19 asli.
Baca juga: Muncul Transmisi Lokal Omicron, Wapres Imbau WNI Tak ke Luar Negeri hingga Rencana Micro Lockdown
Baca juga: Detik-detik Pria Terpapar Varian Omicron Dijemput, Dievakuasi Lewat Lift Barang dari Apartemen ke RS

Pada awal pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan bahwa butuh waktu dua hari hingga 2 minggu bagi seseorang untuk menunjukkan gejala sejak pertama kali terpapar virus.
Tetapi, varian Omicron diperkirakan berinkubasi lebih cepat, sekitar tiga hingga lima hari.
"Analisis terbaru dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa rentang waktu antara infeksi dan penularan mungkin lebih pendek untuk varian Omicron daripada varian Delta," kata sekretaris kesehatan Inggris Sajid Javid kepada anggota parlemen pada 6 Desember lalu.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil studi CDC yang dirilis Selasa (28/12/2021).
Dilansir New York Times, studi tersebut menunjukkan bahwa varian Omicron mungkin memiliki masa inkubasi yang lebih pendek daripada varian sebelumnya, sekitar 72 jam.
Mungkin diperlukan waktu hanya tiga hari bagi orang untuk mengembangkan gejala, yang kemudian menjadi menular dan tes positif, dibandingkan dengan 4-6 hari infeksi Delta dan yang disebabkan oleh virus corona asli, ungkap para ilmuwan.
Cepatnya masa inkubasi menjelaskan mengapa virus varian Omicron itu menyebar begitu cepat.
Pendeknya masa inkubasinya membuat penderita memiliki waktu yang singkat untuk menyadari mereka terpapar.
Dalam waktu itu, kecil kemungkinan untuk dites positif dan melakukan tindakan pecegahan seperti isolasi mandiri dan lainnya.
"Masa inkubasi yang lebih pendek membuat virus jauh, jauh, jauh lebih sulit dikendalikan," ujar Jennifer Nuzzo, seorang ahli epidemiologi di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, kepada The Atlantic minggu ini.
Gejala yang Jauh Berbeda
Aspek lain dari Omicron yang membuatnya berpotensi lebih sulit untuk dideteksi daripada varian lainnya adalah gejalanya agak berbeda dari tiga indikator utama yang telah diwaspadai sebelumnya, yaitu batuk, demam, dan kehilangan indera perasa atau penciuman.
Mengutip Independent, gejala awal varian Omicron yaitu tenggorokan gatal, nyeri punggung bawah, hidung meler atau tersumbat, sakit kepala, nyeri otot dan kelelahan, bersin dan berkeringat di malam hari.
Baca: Dokter di Afrika Selatan Ungkap Gejala Tak Biasa Covid-19 Varian Omicron yang Muncul saat Malam Hari
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik 11 Persen Secara Global, WHO: Omicron Ada di Balik Lonjakan Kasus Infeksi
Bukti terkini dari kasus Omicron yang dianalisis di Inggris adalah bahwa pasien akan pulih rata-rata dalam lima hari hingga seminggu.
Beberapa gejala seperti batuk dan kelelahan mungkin bertahan lebih lama.
Sesak napas juga telah dilaporkan pada kasus yang lebih parah, yang tercatat berlangsung selama 13 hari setelahnya.
Biasanya, penderita Covid-19, dianggap dapat menulari orang lain sekitar dua hari sebelum gejala pertama mereka mulai muncul dan sekitar 10 hari setelahnya.
Jika Anda merasa memiliki gejala Omicron atau varian Delta yang masih dominan, disarankan untuk segera melakukan tes PCR dan mengkarantina diri di rumah untuk melindungi orang lain.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)