Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Gara-gara Omicron, Ribuan Penerbangan Secara Global Dibatalkan Saat Akhir Pekan Natal

Maskapai penerbangan komersial di seluruh dunia telah membatalkan lebih dari 4.300 penerbangan selama akhir pekan perayaan Natal.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Arif Fajar Nasucha
CHANDAN KHANNA / AFP
Dalam file foto ini diambil pada 16 Juni 2021 sebuah pesawat American Airlines mendarat di Bandara Internasional Miami di Miami. American Airlines mengatakan 21 Juni 2021 membatalkan lebih dari 100 penerbangan selama akhir pekan dan akan memangkas perjalanan tambahan bulan depan, dengan industri menghadapi lonjakan permintaan dan kekurangan tenaga kerja ketika negara itu mulai keluar dari pandemi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Maskapai penerbangan komersial di seluruh dunia telah membatalkan lebih dari 4.300 penerbangan selama akhir pekan perayaan Natal, karena meningkatnya gelombang infeksi virus corona (Covid-19) yang didorong oleh varian baru Omicron.

Kemunculan varian ini memang menciptakan ketidakpastian dan kesengsaraan yang lebih besar lagi bagi para pelancong liburan.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (25/12/2021), maskapai penerbangan secara global membatalkan setidaknya 2.366 penerbangan pada Jumat lalu yang jatuh pada Malam Natal.

Padahal biasanya Malam Natal merupakan hari yang berat untuk perjalanan udara.

Sedangkan nyaris 9.000 penerbangan lainnya harus mengalami penundaan.

Baca juga: 4.500 Penerbangan Batal dan 10.000 Ditunda selama Akhir Pekan Natal, Buntut Lonjakan Covid-19

Ini jika dilihat dari penghitungan berjalan di situs pelacakan penerbangan FlightAware.com.

Situs web menunjukkan bahwa 1.616 penerbangan pada Hari Natal dibatalkan di seluruh dunia, bersamaan dengan 365 lainnya yang telah dijadwalkan pada hari Minggu besok.

Data FlightAware menunjukkan bahwa lalu lintas udara komersial di Amerika Serikat (AS) 'ke dalam atau luar negeri' menyumbang lebih dari seperempat dari semua penerbangan yang dibatalkan selama akhir pekan.

Di antara sederet maskapai AS pertama yang melaporkan gelombang pembatalan liburan akhir pekan ini terdapat United Airlines dan Delta Air Lines.

Dua maskapai ini membatalkan hampir 280 penerbangan gabungan pada hari Jumat saja, dengan alasan kekurangan personel di tengah lonjakan infeksi Covid-19.

Perlu diketahui, kasus infeksi Covid-19 telah melonjak di AS dalam beberapa hari terakhir karena menyebarnya varian Omicron yang sangat menular.

Baca juga: Di Tengah Ancaman Omicron, Masih Ada 28 Penerbangan Per Hari dari Luar Negeri

Omicron kali pertama diidentifikasi di Afrika Selatan pada awal November lalu dan kini menyumbang hampir tiga perempat dari kasus AS dan 90 persen di beberapa daerah di negara itu.

Jumlah rata-rata kasus baru Covid-19 di AS bahkan telah meningkat 45 persen menjadi 179.000 per hari selama seminggu terakhir.

New York melaporkan lebih dari 44.000 kasus infeksi yang baru dikonfirmasi pada hari Jumat saja, memecahkan rekor harian negara bagian itu.

Setidaknya ada 10 negara bagian lainnya yang mencatat rekor kasus satu hari baru pada Kamis atau Jumat.

Meningkatnya kasus rawat inap pun telah menghantam sistem perawatan kesehatan di negara itu, terutama di Midwest AS.

Hal ini ditandai dengan unit perawatan intensif di Indiana, Ohio dan Michigan bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk

Bahkan ini terjadi saat mereka masih tetap berada di bawah tekanan dari gelombang sebelumnya terkait kasus varian Delta.

Di Inggris, banyak industri dan jaringan transportasi yang berjuang dengan kurangnya staf karena pekerja yang terinfeksi sedang melakukan isolasi mandiri.

Sementara rumah sakit telah memperingatkan risiko dampak pada keselamatan pasien.

Baca juga: Obat Suntik Pertama Pencegah HIV Kini Kantongi Persetujuan FDA Amerika Serikat

Menurut data yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris pada Kamis lalu, satu dari 20 warga London disebut terinfeksi Covid-19 pada pekan lalu, angka ini diprediksi meningkat menjadi 1 dari 10 pada awal pekan depan.

Data pemerintah Inggris menunjukkan rekor penghitungan 122.186 kasus infeksi baru secara nasional pada Jumat kemarin, menandai hari ketiga di mana jumlah kasus yang diketahui telah melampaui 100.000.

Sementara penelitian terbaru menunjukkan Omicron menghasilkan penyakit yang lebih ringan dan tingkat rawat inap yang lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya.

"Ada secercah harapan Natal, tapi itu jelas belum pada titik di mana kita bisa menurunkan ancaman serius itu," kata Kepala Badan Keamanan Kesehatan Inggris, Jenny Harries.

Hal yang sama turut dialami Prancis yang mencapai rekor infeksi Covid-19 lainnya pada hari Jumat kemarin.

Penghitungan hariannya melebihi angka 94.000, sementara kasus rawat inap akibat virus ini mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.

Hal ini tentu saja mendorong pemerintah untuk mengadakan pertemuan khusus pada Senin mendatang yang dapat memicu diberlakukannya aturan pembatasan kesehatan masyarakat yang baru.

Namun terlepas dari ketidakpastian dan berita suram di seluruh dunia, jutaan warga Amerika tetap melanjutkan rencana perjalanan mereka melalui musim liburan yang diselimuti pandemi kedua.

Baca juga: 2 Orang Positif Omicron usai Pulang dari Amerika dan Inggris, Satgas Covid-19 Fokus Lakukan Tracing

Seorang Akuntan dari Long Beach, Mississippi, Moses Jimenez tetap terbang ke New York bersama istri dan tiga anaknya, meskipun arus kasus Covid-19 terbaru telah memupus harapan mereka untuk menyaksikan pertunjukan Broadway 'Hamilton' atau mengunjungi beberapa museum.

Mirisnya, 'Hamilton' adalah satu dari selusin produksi yang membatalkan pertunjukan pada minggu ini karena para pemain dan kru telah dinyatakan positif Covid-19.

Sedangkan museum dicoret dari rencana perjalanan keluarga karena banyak yang kini harus menyertakan bukti vaksinasi.

Sebaliknya, Jimenez mengatakan bahwa anak-anaknya akan melakukan yang terbaik untuk menjelajahi jalanan dan taman kota, sambil mengunjungi kerabat dan teman.

"Kami hanya ingin keluar dari rumah, sungguh, membawa anak-anak ke kota untuk merayakan Natal," kata Jimenez di Bandara LaGuardia New York pada Kamis lalu.

New York pun berencana untuk secara tegas membatasi jumlah orang yang diizinkan berada di Times Square dalam merayakan Malam Tahun Baru di luar ruangan.

Kebijakan ini dibust sebagai tanggapan atas lonjakan kasus infeksi baru, membatasi jumlah peserta menjadi 15.000.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pun pada minggu depan akan mencabut pembatasan perjalanan di 8 negara Afrika selatan yang telah diberlakukan sejak bulan lalu karena kekhawatiran tentang varian Omicron.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved