Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Anjing Peliharaan di China Dipukuli Nakes hingga Mati saat Pemilik Dikarantina, Pelaku Dipecat

Seekor anjing peliharaan di China jadi korban penganiayaan hingga mati saat pemiliknya tengah menjalani karantina Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/STR
Pekerja mendisinfeksi kompleks perumahan di Lanzhou, di provinsi Gansu barat laut China pada 26 Oktober 2021. (Photo by AFP) / China OUT 

TRIBUNNEWS.COM - Seekor anjing peliharaan di China jadi korban penganiayaan hingga mati saat pemiliknya tengah menjalani karantina Covid-19.

Video insiden yang terjadi di Shangrao, Provinsi Jiangxi itu viral di media sosial China.

Dilansir BBC, rekaman memperlihatkan seorang petugas kesehatan untuk penanggulangan Covid-19 tengah mendisinfeksi apartemen seorang pasien wanita. 

Namun petugas itu malah memukuli anjing dengan linggis.

Aksi tersebut terekam jelas di kamera keamanan di dalam apartemen.

Baca juga: Pemerintah Australia Diminta Lebih Tegas Tangani Pelanggaran HAM dalam Industri Panel Surya di China

Baca juga: Kota di China Dekat Myanmar akan Gelar Tes Covid-19 Massal ke Warganya Setiap Bulan, Ini Alasannya

Foto ini diambil pada 25 Oktober 2021 menunjukkan seorang anak yang menjalani tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di sebuah sekolah dasar di Lanzhou, di provinsi Gansu, barat laut China. (Photo by AFP) / China OUT
Foto ini diambil pada 25 Oktober 2021 menunjukkan seorang anak yang menjalani tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di sebuah sekolah dasar di Lanzhou, di provinsi Gansu, barat laut China. (Photo by AFP) / China OUT (AFP/STR)

Si wanita pemilik anjing itu lantas mengunggah video tersebut secara online.

Dia mengaku sedang menjalani karantina di hotel yang memang tidak mengizinkan hewan.

Pihak berwenang setempat merilis permohonan maaf atas penganiayaan itu.

Dikatakan, salah satu petugas kesehatan yang saat itu bertugas di apartemen wanita itu sudah dipecat.

Di Shangrao, tempat anjing dan majikannya tinggal, dilabeli sebagai wilayah pusat Covid-19.

Sehingga warga setempat harus menjalani karantina, sementara petugas medis akan mendisinfeksi kediaman mereka.

Namun serangan brutal kepada anjing peliharaan itu telah memicu kemarahan publik.

Video penganiayaan itu telah ditonton sebanyak jutaan kali hingga jadi trending teratas di Weibo pada Minggu (14/11/2021).

"Siapa yang memberi mereka hak untuk masuk ke rumahnya dan membunuh anjingnya?" ujar salah satu warganet.

"Ini adalah pelanggaran privasi warga negara dan keamanan propertinya!" kritik netizen lainnya.

Peserta mempersiapkan anjing peliharaannya untuk mengikuti karnaval dan perlombaan di acara 1st Bandung Dogs Carnival di Pet Park, Jalan Ciliwung, Kota Bandung, Minggu (23/8). Acara yang diselenggarakan oleh Canine Independence Society (CIS) dalam rangka memperingati HUT ke-70 RI tersebut diikuti 300 anjing berbagai ras dengan diisi acara karnaval, lomba fotografi, lomba anjing terbesar dan terkecil, atraksi anjing, serta demo anjing melanois dari K-9 Unit Polda Jabar. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi anjing peliharaan. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN (TRIBUN/GANI KURNIAWAN)

Sejatinya, penganiayaan yang dialami hewan peliharaan seperti yang terjadi di Shangrao ini bukan kali pertama terjadi.

Kasus pemukulan hewan peliharaan saat pemilik sedang karantina belakangan banyak terjadi di China.

Awal bulan ini, kucing milik warga Chengdu dibunuh setelah dinyatakan positif Covid-19.

Sebelumnya pada bulan September, tiga kucing di Harbin Provinsi Heilongjiang, disuntik mati saat pemiliknya dikarantina.

Adapun insiden yang menimpa anjing di Shangrao juga membuat publik China melontarkan kritik pedas terhadap strategi nol-Covid.

Diketahui, strategi ini dilakukan China dengan memberlakukan aturan ketat.

Di antaranya reaksi cepat terhadap kasus Covid-19 individu yang muncul, melakukan tes massal, pelacakan kontak, lockdown lokal, hingga karantina paksa.

Kota di China akan Lakukan Tes Covid-19 Bulanan

Kota Ruili, Provinsi Yunnan, China, yang berbatasan langsung dengan Myanmar akan melakukan tes Covid-19 massal secara rutin setiap bulannya.

Dilansir SCMP, pemerintah kota di Provinsi barat daya Yunnan itu mengatakan, tes Covid-19 massal adalah cara paling efektif mendeteksi wabah. 

Menurut laporan Xinhua pada Senin (15/11/2021), pemerintah Ruili mengaku mampu mengetes semua penduduknya dalam satu hari saja.

Seorang petugas kesehatan mengambil sampel swab dari seorang pria untuk menguji virus corona Covid-19 di stasiun pengumpulan asam nukleat di Beijing pada 25 Oktober 2021. (Photo by Noel Celis / AFP)
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel swab dari seorang pria untuk menguji virus corona Covid-19 di stasiun pengumpulan asam nukleat di Beijing pada 25 Oktober 2021. (Photo by Noel Celis / AFP) (AFP/NOEL CELIS)

Baca juga: Pengamat Kesehatan Masyarakat Ingatkan Masih Ada 60 Persen Masyarakat Belum Divaksin Covid-19 

Baca juga: Bertemu Secara Virtual, Presiden China Xi Jinping Sebut Presiden AS Joe Biden Sebagai Teman Lama

Ruili termasuk kota yang cukup kecil dengan 280 ribu populasi.

Kota ini telah melakukan 3,7 juta kali tes Covid-19 terhitung sejak 1 Oktober 2021 lalu, menurut laporan pemerintah Yunnan.

Pemerintah kota melakukan tes Covid-19 ini guna mendeteksi infeksi sedini mungkin.

Staf di pusat karantina akan dites setiap tiga hari, pekerja pasar setiap minggu, dan orang asing serta orang yang berisiko tinggi lainnya akan dites tiap dua minggu.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved