Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Taliban: Hukuman Eksekusi dan Potong Tangan Dipastikan akan Dilakukan Lagi

Pejabat senior Taliban mengatakan akan mengembalikan hukuman eksekusi dan potong tangan meskipun tidak di depan umum.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/BULENT KILIC
Anggota Taliban berkendara di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC 

TRIBUNNEWS.COM - Salah satu pendiri dan kepala penegak hukum garis keras Taliban mengatakan akan mengembalikan hukuman eksekusi dan potong tangan meskipun tidak dilakukan di depan umum.

Dalam wawancara dengan The Associated Press, Mullah Nooruddin Turabi menepis penolakan terhadap hukuman eksekusi Taliban saat memerintah Afghanistan mulai 1996-2001 lalu. 

Beberapa eksekusi dilaporkan digelar di depan muka umum, bahkan di sebuah stadion.

Turabi juga memperingatkan dunia agar tidak ikut campur dengan pemerintahan baru Afghanistan saat ini.

“Semua orang mengkritik kami atas hukuman di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apapun tentang hukum mereka dan hukuman mereka,” kata Turabi kepada The Associated Press di Kabul.

“Tidak ada yang akan memberi tahu kami seperti apa hukum kami seharusnya. Kami akan mengikuti Islam dan kami akan membuat hukum kami berdasarkan Al-Quran.”

Baca juga: Taliban Berburu Harta Karun Kuno Emas Baktria Berusia 2.000 Tahun

Baca juga: Penyerangan terhadap Taliban di Afghanistan Timur Tewaskan 5 Orang, Berlanjut Pengeboman Kendaraan

Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, saat ancaman bom bunuh diri membayang-bayangi detik-detik akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, saat ancaman bom bunuh diri membayang-bayangi detik-detik akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan. (AFP)

Sejak Taliban mengambil alih negara pada 15 Agustus, warga Afghanistan dan dunia mulai mengamati langkah kelompok ini terkait hukuman ekstrem mereka sebagaimana saat memerintah di akhir 1990an.

Komentar Turabi ini menunjukkan, para pemimpin Taliban masih memiliki pandangan garis keras yang konservatif.

Turabi adalah Menteri Kehakiman dan Kepala Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan selama pemerintahan Taliban sebelumnya.

Saat itu dunia mengecam Taliban yang menggelar eksekusi di stadion di Kabul atau halaman masjid hingga dihadiri ratusan pria.

Eksekusi terhadap pelaku pembunuhan biasanya dilakukan dengan satu tembakan ke kepala.

Ini dilakukan oleh keluarga korban, yang juga memiliki pilihan untuk menerima sejumlah uang dan membiarkan pelakunya hidup.

Sementara itu pencuri akan menerima hukuman potong tangan.

Bagi orang yang dihukum karena melakukan perampokan di jalan raya, tangan dan kakinya akan diamputasi.

Turabi mengatakan kali ini hakim, termasuk wanita, akan mengadili kasus dengan dasar hukum dari Al-Quran.

Dia mengatakan hukuman yang sama akan dihidupkan kembali.

“Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan,” katanya, menyebut itu memiliki efek jera.

Belakangan ini, para pejuang Taliban di Kabul dilaporkan menghidupkan kembali hukuman yang biasa mereka gunakan di masa lalu, yakni mempermalukan orang-orang yang dituduh melakukan pencurian kecil di depan umum.

Menurut laporan AP News, seorang pria diikat tangannya dan diletakkan di bagian belakang truk untuk diarak.

Dalam satu kasus, wajah mereka dicat untuk mengidentifikasi mereka sebagai pencuri.

Di sisi lain, roti basi digantung di leher mereka atau dimasukkan ke dalam mulut mereka.

Anggota Taliban berdiri di luar penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC
Anggota Taliban berdiri di luar penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC (AFP/BULENT KILIC)

Kini di bawah pemerintahan baru Taliban, Turabi bertanggung jawab atas penjara.

Dia termasuk di antara sejumlah pemimpin Taliban yang ada dalam daftar sanksi PBB.

Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, dia adalah salah satu tokoh yang paling ganas dan tidak kenal kompromi.

Ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada 1996, salah satu tindakan pertamanya adalah meneriaki seorang jurnalis wanita, menuntut dia meninggalkan ruangan, dan kemudian memeberikan tamparan di wajah seorang pria yang keberatan.

Dia menuntut laki-laki memakai sorban di semua kantor pemerintah.

Olahraga dilarang dan pasukan penegak Turabi memaksa pria ke masjid untuk salat lima waktu.

Namun dalam wawancara dengan AP pada minggu ini, Turabi berbicara dengan seorang jurnalis wanita dan mengaku Taliban telah berubah.

Menurutnya, kini Taliban mengizinkan TV, ponsel, foto, dan video karena menjadi kebutuhan masyarakat saat ini.

AS dan sekutu sudah mencoba berbagai cara untuk menekan Taliban diantaranya dengan ancaman isolasi hingga ekonomi Afghanistan terdampak keras.

Ini dilakukan agar Taliban memoderasi pemerintahan dan memberi kesempatan bagi faksi lain, minoritas, dan perempuan.

Namun Turabi menepis kritik atas pemerintahan Taliban sebelumnya, dengan alasan hal itu berhasil membawa stabilitas.

Seorang anggota Taliban berjaga di dalam penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC
Seorang anggota Taliban berjaga di dalam penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC (AFP/BULENT KILIC)

Baca juga: 1 Bulan Taliban Berkuasa, Tak Terdengar Lagi Suara Musik di Afghanistan

Baca juga: Komnas Perempuan Kecam Serangan Terhadap Perempuan Pembela HAM di Afghanistan dan Myanmar

Meski penduduk Kabul mengaku takut dengan penguasa baru Taliban, beberapa orang mengakui ibu kota menjadi lebih aman hanya dalam sebulan terakhir.

Sebelum pengambilalihan Taliban, gerombolan pencuri berkeliaran di jalan-jalan dan kejahatan tanpa henti terjadi pada malam hari.

"Bukan hal yang baik untuk melihat orang-orang ini dipermalukan di depan umum, tetapi (hukuman) itu menghentikan para penjahat karena ketika orang melihatnya, mereka berpikir 'Saya tidak ingin di posisi itu,'" kata Amaan, seorang pemilik toko di Kabul.

Penjaga toko lain mengatakan itu adalah pelanggaran hak asasi manusia tetapi dia juga senang bisa membuka toko setelah gelap.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved