Senin, 6 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Aktivis Hak-Hak Perempuan Afghanistan: Jangan Tertipu Topeng Taliban

Aktivis hak-hak perempuan Afghanistan, Sonita Alizadeh mendesak pemimpin dunia untuk membela hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
UNICEF
Taliban segera izinkan anak perempuan Afghanistan kembali ke sekolah. 

TRIBUNNEWS.COM - Rapper sekaligus aktivis hak-hak perempuan Afghanistan, Sonita Alizadeh menyuarakan kegelisahannya terkait kondisi wanita di bawah Taliban.

Dilansir Reuters, Sonita Alizadeh pergi dari Afghanistan bersama keluarganya saat Taliban berkuasa 20 tahun lalu. 

Saat itu perempuan tidak diizinkan bekerja, harus mengenakan burqa, dan anak perempuan dilarang sekolah.

Dalam acara virtual pertemuan tahunan PBB, Alizadeh mendesak para pemimpin dunia untuk membela hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan saat ini.

Baca juga: Taliban Bantah Tuduhan Melindungi Al Qaeda di Afghanistan, Ini Kata Mereka

Baca juga: Intelijen Awasi Ancaman Al-Qaeda Terhadap AS Setelah Taliban Kuasai Afghanistan

Siswa bercadar memegang bendera Taliban saat mereka mendengarkan pembicara wanita sebelum rapat umum pro-Taliban di Universitas Pendidikan Shaheed Rabbani di Kabul pada 11 September 2021.
Siswa bercadar memegang bendera Taliban saat mereka mendengarkan pembicara wanita sebelum rapat umum pro-Taliban di Universitas Pendidikan Shaheed Rabbani di Kabul pada 11 September 2021. (Aamir QURESHI / AFP)

"Apa yang tersisa dari rakyat kita? Dan apa yang tersisa dari pencapaian 20 tahun?"

"Jangan tertipu oleh topeng yang ditampilkan Taliban di berita," kata Alizadeh, Selasa (21/9/2021).

"Kita tidak punya waktu," tambahnya.

Dia mendesak masyarakat internasional untuk tidak mengakui Taliban.

Selain itu Alizadeh juga meminta agar dunia menjamin hak-hak perempuan dan anak-anak Afghanistan, memastikan akses internet di sana, menyertakan warga Afghanistan untuk pengambilan keputusan, serta jaminan pendidikan untuk anak perempuan.

"Sepertinya kita semua tahu apa yang harus dilakukan. Tapi pertanyaannya, siapa yang akan mengambil tindakan hari ini?" kata Alizadeh.

Taliban mengatakan mereka telah berubah sejak memerintah pada 1996-2001.

Diketahui saat itu, Taliban melarang perempuan keluar rumah tanpa kerabat laki-laki hingga bersekolah.

"Ada ketakutan nyata dan gamblang di kalangan perempuan Afghanistan akan kembalinya penindasan brutal dan sistemik Taliban terhadap perempuan dan anak perempuan selama tahun 90-an," kata kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet.

Taliban menimbulkan skeptisisme tentang janji mereka terkait hak-hak perempuan dan anak perempuan ketika pekan lalu mereka mengumumkan akan membuka sekolah untuk anak laki-laki.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres bulan lalu mengatakan, keinginan Taliban untuk mendapatkan pengakuan internasional adalah satu-satunya pengaruh global untuk mendesak pemerintah yang inklusif dan menghormati hak-hak, terutama bagi perempuan di Afghanistan.

Taliban Ingin Bicara di Majelis Umum PBB

Taliban meminta untuk bicara dengan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB minggu ini di New York City.

Menteri Luar Negeri pemerintahan Taliban mengajukan permintaan itu dalam sebuah surat pada Senin.

Kini Komite PBB akan memutuskan permintaan tersebut.

Dilansir BBC, Taliban juga menunjuk juru bicara mereka yang berbasis di Doha, Suhail Shaheen sebagai Duta Besar Afghanistan untuk PBB. 

Kelompok militan ini mengatakan, utusan dari pemerintah yang digulingkan tidak lagi mewakili Afghanistan

Menurut juru bicara PBB, permintaan Taliban itu tengah dipertimbangkan komite kredensial, yang sembilan anggotanya termasuk AS, China, dan Rusia

Tetapi mereka tidak mungkin bertemu sebelum akhir sesi Majelis Umum pada Senin depan.

Sampai saat itu, di bawah aturan PBB, Ghulam Isaczai tetap menjadi Duta Besar Afghanistan untuk badan global ini.

Anggota Taliban berkendara di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC
Anggota Taliban berkendara di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC (AFP/BULENT KILIC)

Baca juga: Taliban Izinkan Anak Perempuan Afghanistan Kembali Bersekolah Secepatnya

Baca juga: Larangan Taliban Terhadap Perempuan Afghanistan yang Bekerja Picu Kemarahan

Isaczai dijadwalkan berpidato di hari terakhir pertemuan yakni pada 27 September.

Namun Taliban mengatakan misinya "tidak lagi mewakili Afghanistan".

Mereka juga mengatakan bahwa beberapa negara tidak lagi mengakui mantan Presiden Ashraf Ghani sebagai pemimpin.

Diketahui, eks Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan negara saat Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus lalu.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved