Kisah Wanita Afghanistan Melahirkan di Tengah Keterbatasan, Bidan Sebut sebagai Pengalaman Terburuk
Salah satu warga perempuan Afghanistan, Rabia harus melahirkan dalam kondisi sangat terbatas. Keterbatasan tersebut akibat penguasaan oleh Taliban.
Rabia dirawat selama tiga hari di rumah sakit dan boleh pulang setelahnya.
Dikutip dari BBC, Afghanistan merupakan salah satu negara terburuk dalam masalah laju kematian saat melahirkan pada penduduknya.
World Health Organization atau WHO membeberkan data bahwa negara tersebut memiliki angka kematian 638 wanita meninggal tiap 10 ribu kelahiran anak.
Executive Director United Nations Population Fund (UNFPA), Natalia Kanem pun mengatakan kejadian tentang kematian wanita melahirkan menjadi prioritas utama.
“Terdapat perasaan putus asa terhadap kasus ini namun saya tetap harus menghadapinya,” ungkapnya.
Baca juga: Taliban Bubarkan Kementerian Urusan Perempuan di Afghanistan
UNFPA pun memperkirakan, tanpa penanganan yang konkret terhadap wanita maka dapat dipastikan terjadi kematian lebih banyak.
Nakem mengungkap terjadi kematian tambahan sebanyak 51 ribu wanita dan 4,8 juta kelahiran tanpa penanganan sesuai medis antara tahun 2021 hingga 2025.
Hal senada juga diungkapkan mantan menteri kesehatan Afghanistan, Wahid Majrooh.
Dirinya menganggap bahwa penyebab banyaknya kematian karena fasilitas kesehatan yang hancur di seluruh Afghanistan.
“Fasilitas kesehatan di seluruh Afghanistan telah hancur.”
“Akibatnya, rasio kematian karena melahirkan dan kematian anak akan terus meningkat,”ujarnya.
Masalah-masalah yang terjadi salah satunya disebabkan Taliban memblokir seluruh pasokan dari luar termasuk bantuan kesehatan.
Bahkan terdapat kasus ketika WHO sangat sulit untuk menyalurkan bantuan dana kepada Taliban dan medis bagi warga di bandara Kabul.
Isu terhadap perempuan setelah penguasaan oleh Taliban tidak hanya berhenti sampai pada kematian karena melahirkan saja.
UNFPA menilai ada isu lain terkait wanita seperti kelaparan, kecemasan terhadap anak karena tidak boleh ke sekolah, serta paksaan untuk menikahi para militan yang dihadapi wanita muda.