Sabtu, 4 Oktober 2025

Krisis Myanmar

Perwakilan ASEAN untuk Atasi Krisis Myanmar Temui Junta, Minta Akses ke Aung San Suu Kyi

Diplomat Brunei yang ditunjuk ASEAN untuk mengatasi krisis di Myanmar, menemui junta untuk meminta akses menemui Aung San Suu Kyi.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
AFP
Para pendemo membakar bendera Myanmar dan seragam militer. - Diplomat Brunei yang ditunjuk ASEAN untuk mengatasi krisis di Myanmar, menemui junta untuk meminta akses menemui Aung San Suu Kyi. 

Otoritas militer mengatakan perebutan kekuasaan mereka tidak boleh disebut kudeta karena sejalan dengan Konstitusi.

Aksi unjuk rasa antikudeta di Myanmar
Aksi unjuk rasa antikudeta di Myanmar (AFP/STR)

Inggris Jatuhkan Sanksi Baru kepada Junta

Inggris telah mengumumkan sanksi baru kepada junta Myanmar, Kamis (2/9/2021).

Sanksi tersebut dijatuhkan kepada konglomerat Htoo Group of Companies dan pendirinya Tay Za.

Menurut Inggris, Htoo Group adalah rekan bisnis utama junta yang menyediakan senjata dan dukungan keuangan sejak kudeta 1 Februari 2021.

Htoo Group juga diyakini telah menyumbangkan dana untuk operasi pembersihan Rohingya pada tahun 2017.

Informasi mengenai kerja sama antara junta dan Htoo Group diketahui setelah Tay Za kedapatan terlibat dalam kesepakatan senjata atas nama militer.

Selain itu, Tay Za dikaitkan dengan militer melalui hubungannya yang luas dengan rezim junta sebelumnya dan saat ini.

Inggris menuduhnya memberikan dukungan untuk pelanggaran hak asasi manusia yang serius dalam perannya membantu militer mendapatkan senjata.

Lebih lanjut, penjatuhan sanksi kepada junta dilakukan karena militer tidak kunjung menghentikan tindak kekerasan terhadap rakyat Myanmar.

Baca juga: RI Desak Junta Militer Myanmar Buka Akses bagi Utsus ASEAN

Untuk itu, Inggris akan memberlakukan pembekuan aset pada Htoo Group dan Tay Za, serta melarang taipan memasuki negara itu.

"Junta militer tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan serangan brutalnya terhadap rakyat Myanmar," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab sebagaimana dilansir Al Jazeera.

"Bersama dengan mitra kami, Inggris akan terus membatasi akses junta ke keuangan dan pasokan senjata yang digunakan untuk membunuh orang tak berdosa, termasuk anak-anak, dan menargetkan mereka yang mendukung tindakan junta," tambahnya.

Inggris sebelumnya telah memberlakukan sanksi terhadap individu dan entitas di Myanmar setelah kudeta.

Sanksi tersebut diberikan kepada Myanmar Gems Enterprise, Myanmar Economic Corporation dan konglomerat terkait militer lainnya yang disebut Myanmar Economic Holdings Ltd.

Baca juga: Militer Myanmar Tangkap 2 Jurnalis yang Dianggap Sebarkan Informasi Palsu dan Hasut Warga untuk Demo

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved