Minggu, 5 Oktober 2025

Afghanistan: Qatar dan Turki memberi jalan bagi Taliban untuk unjuk gigi di panggung dunia

Qatar dan Turki muncul sebagai jalur utama antara penguasa baru Afghanistan, Taliban dan dunia luar.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan ia melihat pesan dari pemimpin Taliban dengan "optimisme hati-hati".

Dia menambahkan, bahwa ia "tidak akan mendapatkan izin dari siapa pun" tentang siapa yang diajak berbicara, ketika menjawab kritik atas hubungan dengan Taliban.

"Ini diplomasi," katanya dalam konferensi pers.

Dia menambahkan: "Turki bersiap untuk memberikan semua jenis dukungan bagi persatuan Afghanistan, tapi akan mengikuti jalur yang sangat hati-hati."

Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks during a press conference in Cetinje, Montenegro (28 August 2021)
Reuters
Presiden Recep Tayyip Erdogan menolak kritik atas kerja sama Turki dengan Taliban.

Prof Ahmet Kasim Han, pengamat hubungan Afghanistan dari Universitas Altinbas Istanbul, meyakini menjalin hubungan dengan Taliban akan memberikan kesempatan pada Presiden Erdogan.

"Untuk membuat cengkraman kekuasaan mereka berlanjut, Taliban butuh bantuan internasional dan investasi. Taliban bahkan tak bisa membayar gaji pegawai mereka saat ini," katanya kepada BBC.

Dia mengatakan, Turki mungkin berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai "penjamin, mediator dan fasilitator" - lebih terpercaya dari pada Rusia atau China - yang telah membuka kedutaan mereka di Kabul.

"Turki dapat menjalankan peran itu," katanya.

Risiko reputasi

Banyak negara berusaha untuk mempertahankan beberapa bentuk hubungan dengan Taliban, sejak kelompok ini menguasai Kabul, khususnya melalui jalur Doha.

Tapi Turki berada di antara mereka yang memiliki posisi paling kuat untuk membangun hubungan di lapangan; meskipun situasinya penuh risiko.

Prof Han juga meyakini keberlanjutan hubungan di Afghanistan memungkinkan Presiden Erdogan untuk "memperluas papan catur" dari kebijakan luar negerinya, dan memainkannya dalam Partai AK sebagai basis dukungan.

"Mereka menganggap Turki sebagai negara yang ditakdirkan - memiliki posisi luar biasa di dunia Muslim. Ini menjadi dasar masa lalu Turki dan warisan Ottoman sebagai pusat kekhalifahan."

"Namun, jika peran itu mencapai titik di mana negara mana pun, termasuk Turki menjadi sponsor... membangun rezim Syariah yang brutal dalam praktiknya... Turki semestinya tak menempatkan dirinya di sana," tambahnya.

Langkah Erdogan dilaporkan memiliki motivasi yang "rasional" juga - dengan meningkatkan ketegangan hubungan Turki dengan AS dan Nato, dan membangun pengaruh untuk mencegah arus pengungsi Afghanistan ke Turki.

Activists hold placards saying
Reuters
Erdogan mengatakan pendekatan Taliban mengenai hak asasi perempuan akan menjadi pertimbangan untuk dibicarakan dalam negosiasi di masa depan.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved