Cerita perempuan yang sukses jadi atlet Olimpiade merangkap ilmuwan, siapa saja mereka?
Mereka menghadapi tantangan berkompetisi di pesta olahraga terbesar di dunia sembari mengejar karier sebagai ilmuwan di kampus dan laboratorium.
Minat utamanya adalah dalam fisika medis. Dia belajar sekaligus mengembangkan perangkat yang dapat memperbaiki diagnosis dan perawatan kanker.
"Saya ingin punya dua karier karena, saat situasi di laboratorium sedang tidak baik, saya bisa bilang ke diri sendiri bahwa saya seorang pelari dan itu hal yang bagus," kata Shanahan kepada harian Cambridge Independent menjelang Olimpiade Tokyo.
"Kini, saat tampil buruk di atletik, saya bisa selalu menganggap diri jadi ahli fisika kuantum."
6. Nadine Apetz (Jerman)

Cukup dengan masuk ke ring tinju di Tokyo, Apetz sudah membuat sejarah. Dia menjadi wakil pertama bagi Jerman untuk cabang olahraga tinju putri Olimpiade.
Namun kiprah perempuan 35 tahun itu di Olimpiade tidaklah lama. Dia kalah dari petinju India, Lovlina Borgohain di kelas welter.
Setelah memenangkan sejumlah medali di turnamen-turnamen Eropa dan Kejuaraan Tinju Dunia, Apetz kini berfokus pada kariernya yang lain.
Penyandang gelar master dalam ilmu syaraf dari Universitas Bremen, kampung halamannya, dia kini ingin meraih gelar doktor di University Hospital di Cologne, juga di Jerman.
Apetz tengah mempelajari teknik yang disebut stimulasi otak mendalam, yang melibatkan penerapan arus listrik atau elektromagnetik ke area 'materi abu-abu' tertentu.
Perawatan ini punya potensi besar dan di masa depat bisa menolong mereka yang mengidap penyakit Parkinson, yaitu suatu kondisi degeneratif yang mempengaruhi neuron yang bertanggung jawab atas gerakan dan kontrol otot.
"Persiapan untuk Olimpiade Tokyo ini cukup bikin stres. Sepulang dari Jepang, saya akan berkonsentrasi 100 persen atas studi saya," kata Apetz kepada laman IOC.
7. Andrea Murez (Israel)

Kelahiran California, AS, atlet Israel berusia 29 tahun itu merupakan lulusan ilmu biologi dari Universitas Stanford.
Namun, keahliannya dalam berenang membuat Murez bisa berkompetisi di Maccabiads, yaitu ajang olahraga empat tahunan di Israel.
Tampil bagus, Murez memutuskan pindah secara permanen ke Israel dan mewakili negaranya.
Di Olimpiade Tokyo, perenang yang juga sarjana biologi dan kandidat doktor itu tampi di empat nomor: 50, 100 dan 200 meter gaya bebas serta 4x100 meter estafet gaya campuran.
Penampilan terbaik Murez terjadi di nomor estafet, dengan mengantar tim Israel ke posisi delapan di final.