Senin, 29 September 2025

Krisis Myanmar

Kisah Sedih di Myanmar: Jutaan Orang Berjuang agar tidak Kelaparan

Ekonomi nasional dan sistem perbankan telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan oleh militer yang mengkudeta pemimpin sipil Aung San Suu Kyi  pada Februa

Editor: Johnson Simanjuntak
Foto AP, Channel News Asia
Seorang pengunjuk rasa antikudeta melemparkan bom asap terhadap tindakan keras polisi di kota Thaketa Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021. 

Biaya pengangkutan hasil bumi dari peternakan ke kota-kota juga melonjak setelah diperkirakan kenaikan harga bahan bakar 30 persen sejak kudeta.

WFP memperkirakan bahwa dalam enam bulan ke depan, sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan di Myanmar dan pihaknya bersiap untuk tiga kali lipat bantuan makanan darurat.
Program donasi makanan masyarakat akar rumput terbukti sangat diminati di Yangon, ibukota komersial Myanmar.

"Mereka senang ketika kami menyumbangkan makanan. Beberapa bahkan menangis," kata relawan May, bukan nama sebenarnya, kepada AFP.

Ni Aye, 51 tahun, mengatakan dia dan suaminya sekarang tidak memiliki penghasilan sama sekali.

"Kami berada dalam kesulitan ... Jika kondisi ini terus berlanjut kami akan kelaparan," katanya kepada AFP.

Aung Kyaw Moe, 47 tahun, sedang mempertimbangkan untuk kembali ke desa asalnya setelah pabrik Yangon, tempat dia bekerja sudah ditutup.

Dia mengatakan kepada AFP, dirinya tidak punya uang dan putus asa tentang bagaimana menghidupi keluarganya yang berjumlah sembilan orang.

"Semuanya di luar kendali kami," katanya kepada AFP. (AFP/Channel News Asia)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan