POPULER Internasional: Wanita Lahirkan Bayi Kembar 9 | Oposisi India Serukan Lockdown Total
Berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir, di antaranya seorang wanita di Afrika Barat yang melahirkan bayi kembar 9.
TRIBUNNEWS.COM - Berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir terangkum di sini.
Seorang wanita di Mali, Afrika Barat, melahirkan bayi kembar 9.
Di Korea Utara, tiga remaja Korea Utara dihukum karena terpengaruh budaya K-Pop Korea Selatan.
Malaysia tengah mengalami kelelahan pandemi, ruang ICU untuk pasien Covid-19 nyaris penuh.
Sementara itu di India, jumlah kasus Covid-19 telah mencapai 20 juta kasus, oposisi serukan lockdown total.
1. Wanita asal Mali Lahirkan Bayi Kembar 9, sebelumnya Hanya Ada 7 Janin yang Terlihat di USG
Seorang wanita asal Mali, Afrika Barat, melahirkan bayi kembar sembilan atau nonuplet.
Sebelumnya, dokter melihat hanya ada 7 janin saat pemeriksaan USG.
Saat persalinan rupanya ada sembilan bayi yang lahir.
Dilansir Mirror, wanita 25 tahun bernama Halima Cisse menjadi pusat perhatian Afrika Barat setelah ia melahirkan 9 orang anak.
Halima melahirkan dengan operasi sesar pada Selasa (4/5/2021).

Dokter yang merawatnya awalnya mengira Halima akan melahirkan tujuh bayi setelah dia menjalani USG.
Halima menghabiskan dua minggu di Rumah Sakit Point G di ibu kota Mali, Bamako.
Ia kemudian dipindahkan ke Maroko setelah mendapat perhatian Presiden Transisi Mali Bah N'Daw.

Dia dirawat di klinik Maroko pada 20 Maret dan akhirnya melahirkan di sana pada Selasa.
Menteri Kesehatan Mali Fanta Siby memberi pernyataan mengenai kondisi ibu dan bayi.
2. Dengar Lagu K-Pop dan Tiru Gaya Rambut Idol, Tiga ABG Korea Utara Dihukum dan Orang Tua Diasingkan

Tiga remaja di Pyongan Utara, Korea Utara baru-baru ini dihukum pendidikan ulang dan kerja paksa karena mengikuti budaya Korea Selatan.
Ketiganya dicap "berperilaku anti-sosialis" karena mengikuti lagu serta gaya rambut ala Korea Selatan.
Akibatnya keluarga mereka diasingkan pemerintah ke wilayah lain.
"Kementerian Jaminan Sosial menangkap tiga siswa sekolah menengah berusia 14 tahun yang tinggal di wilayah Kujang karena perilaku anti-sosialis."
"(Para siswa) diduga telah memotong rambut mereka seperti remaja Korea Selatan dan menyanyikan lagu-lagu Korea Selatan."
"Setelah pemeriksaan pendahuluan pada awal April, pihak berwenang mengirim para remaja ke kamp kerja paksa untuk pendidikan ulang," kata sumber soal penangkapan tiga remaja itu, dikutip dari Daily NK.
Baca juga: Korea Utara Deklarasi ke WHO, Negaranya Bebas Covid-19
Baca juga: Koruptor Korea Utara Ditembak Mati Depan Umum, Anak Diasingkan ke Desa hingga Harta Disita Negara

Sumber ini mengklaim pada awal Maret lalu, teman sekelasnya yang merupakan putra dari pemimpin inminban (unit masyarakat), memergoki tiga siswa tersebut.
Ketiganya diketahui memotong rambut mirip dengan idol asal Korea Selatan, memakai celana hanya sampai di atas pergelangan kaki, dan menyanyikan lagu K-Pop.
Sumber menyebut lagu itu berjudul 'Man' yang dinyanyikan Na Hoon-a.
Para siswa tersebut kemudian dilaporkan ke Kementerian Keamanan Negara.
3. Malaysia Darurat Covid-19, Rumah Sakit Hampir Kehabisan Ruang ICU

Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan jumlah kasus infeksi Covid-19 terus meningkat karena warga Malaysia mengalami kelelahan pandemi (pandemic fatigue).
Direktur jenderal Kesehatan mencatat di Malaysia, kasus Covid-19 telah melonjak dalam sebulan terakhir, yakni 61.984 kasus infeksi dan 235 kasus kematian tercatat pada bulan April saja.
“Kapasitas rumah sakit negara juga sedang berjuang, dengan banyak rumah sakit lembah Klang melaporkan lebih dari 70 persen tingkat pemanfaatan atau penggunaan tempat tidur unit perawatan intensif (ICU),” ujar Noor Hisham Abdullah seperti dilansir The Star, Rabu (5/5/2021).
"Lonjakan kasus Covid-19 ini disebabkan oleh kelelahan pandemi, antara lain. Masyarakat yang menderita kelelahan menjadi berpuas diri dalam hal mematuhi langkah-langkah kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Baca juga: Malaysia Laporkan Kasus Pertama Varian Covid-19 India
Selain itu, aturan dilonggarkan, sektor ekonomi telah dibuka kembali, pengumpulan massa atau pertemuan massa.
“Ini berkontribusi terhadap lonjakan kasus di mana-mana.”
"Munculnya mutasi baru virus Covid-19 menambah situasi yang mengkhawatirkan, " kata Noor Hisham dalam keterangan pers hariannya terkait Covid-19.
Dia menyerukan kepada publik Malaysia untuk "memainkan peran mereka" dan mengambil tanggung jawab membantu negara untuk mengekang penularan Covid-19.
"Dalam menghadapi ujian ini, kita semua perlu bersatu dan berhenti menunjuk jari dan menghindari saling menyalahkan," katanya.
4. Pasien Covid Tembus 20 juta, Oposisi India Serukan Lockdown Total

Partai oposisi utama India telah menyerukan pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) nasional secara total.
Seruan ini disampaikan sesaat setelah negara itu melewati rekor catatan kasus positif infeksi virus corona (Covid-19) yang mencapai lebih dari 20 juta orang.
"Telah terjadi runtuhnya layanan kesehatan dan lockdown diperlukan untuk 'memutus rantai'," kata seorang Juru bicara partai Kongres, Pawan Khera.
Sementara itu Perdana Menteri (PM) Narendra Modi menolak usulan dari oposisi karena mempertimbangkan dampak ekonomi yang akan dialami India.
Baca juga: WNI Terinfeksi Corona Varian India Meninggal Dunia
Sebelumnya India mencatat lebih dari 355.000 kasus pada hari Selasa lalu, angka ini turun dari capaian rekor sebelumnya yang mencapai lebih dari 400.000 infeksi harian pada 30 April lalu.
"Kami sekarang dipaksa, tidak ada pilihan, kami harus menggunakan lockdown nasional untuk memutus rantai penularan dan untuk memulihkan beberapa ketertiban di layanan kesehatan," jelas Khera.
Dikutip dari laman BBC, Rabu (5/5/2021), Rahul Gandhi, seorang Pemimpin senior Partai Kongres mengatakan bahwa tidak ada cara lain untuk menghentikan penyebaran virus itu.
Baca juga: Kadin : Larangan Mudik Harus Ditegakkan dengan Baik, Jangan Seperti India
Seruan yang sama juga datang dari para pemimpin bisnis, pakar kesehatan internasional dan politisi senior lainnya.
Anggota gugus tugas Covid-19 India, yang kerap memberikan masukan kepada pemerintah pusat berupaya keras untuk meminta Modi menerapkan kebijakan tersebut selama dua minggu.
(Tribunnews.com)