Sabtu, 4 Oktober 2025

Penanganan Covid

Amerika Izinkan Kembali Vaksin Johnson & Johnson setelah Sempat Ditangguhkan karena Pembekuan Darah

Amerika Serikat akan melanjutkan kembali penggunaan vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson, setelah sebelumnya sempat ditangguhkan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
ROB ENGELAAR / ANP / AFP
Sebuah gambar yang diambil pada 12 April 2021 menunjukkan botol vaksin Johnson & Johnson Janssen Covid-19 saat dosis pertama yang berasal dari kota Leiden di Belanda disimpan di pusat distribusi Movianto di Oss. Amerika Serikat akan melanjutkan kembali penggunaan vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson, setelah sebelumnya sempat ditangguhkan 

Vaksin tersebut menggunakan teknologi yang berbeda dari suntikan J&J.

Vaksin J&J lebih mudah diakses daripada vaksin virus corona lainnya, karena diberikan dengan sekali suntikan.

Vaksin dari Moderna dan Pfizer-BioNTech memerlukan dua dosis yang diberikan dengan jarak beberapa minggu.

Dalam sebuah pernyataan, Paul Stoffels, kepala ilmuwan di J&J, mengatakan perusahaannya yakin vaksinnya akan berguna, meskipun ada kemunduran.

"Kami akan bekerja sama dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia untuk mendidik para profesional perawatan kesehatan dan masyarakat untuk memastikan peristiwa yang sangat langka ini dapat diidentifikasi sejak dini dan ditangani secara efektif," katanya.

Mengenal masalah pembekuan darah setelah vaksinasi, langka namun dapat berakibat serius

CDC dan FDA merekomendasikan penangguhan untuk vaksin J&J setelah pembekuan darah yang tidak biasa terjadi pada 6 dari 6,8 juta orang yang telah menerima vaksin J&J.

Keenamnya pernah mengalami jenis pembekuan darah langka di otak yang disebut trombosis sinus vena sentral yang dapat menyebabkan sakit kepala atau stroke.

Menurut data, gumpalan darah langka telah terjadi pada tahun tertentu pada lima dari setiap satu juta orang.

Dengan penangguhan sementara, regulator berharap mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mengkomunikasikan risiko itu kepada mereka yang menerima vaksin.

Data yang dibagikan pada hari Jumat pada pertemuan penasihat CDC menemukan bahwa 15 orang telah mengalami gumpalan langka setelah menerima suntikan J&J.

Semuanya perempuan, dan tiga dari 15 kasus berakibat fatal.

Menurut data yang dipresentasikan pada panel CDC, wanita di bawah 50 memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah dibandingkan dengan wanita yang berusia di atas 50 maupun pria.

Masalah manufaktur dan kasus pembekuan darah telah mengguncang kepercayaan publik

Pakar kesehatan masyarakat mengkhawatirkan bahwa menghentikan peluncuran suntikan J&J dapat menunda dorongan untuk mengakhiri pandemi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved