Kekuatan Militer China Memang Mengerikan tapi Belum Teruji di Pertempuran
Rusia sekarang memiliki armada tank terbesar di dunia, dengan lebih dari 15.000 tank di gudang persenjataannya.
Minggu lalu, dua puluh pesawat China memasuki wilayah udara Taiwan dalam serangan terbesar hingga saat ini.
Tapi Tentara Pembebasan Rakyat belum tentu tak terkalahkan.
Militer menghadapi tantangan personel besar, berjuang untuk merekrut, melatih dan mempertahankan tentara profesional dan menghadapi masalah moral yang dipicu oleh dugaan korupsi.
Dan militer China belum pernah berperang selama lebih dari 40 tahun.

"Bagaimana sebenarnya PLA akan tampil dalam pertempuran adalah pertanyaan bernilai jutaan dolar," kata Oriana Skylar Mastro, pakar kebijakan keamanan China di Universitas Stanford dan lembaga pemikir American Enterprise Institute.
"Tidak ada perwira di militer AS yang menganggap bahwa perintah mungkin tidak dilakukan ... jika Anda memerintahkan pasukan Anda untuk menyerang bukit, mereka akan menyerang bukit. Di China, itu adalah ketidakpastian yang sangat besar, apakah pasukan benar-benar akan lari ke arah peluru, bukannya menghindarinya," papar Mastro.
Xi Jinping telah mencoba untuk mengatasi masalah moral dengan kerap memberikan seruan "siap tempur" kepada para tentara, desakan untuk loyalitas kepada partai, dan dorongan anti-korupsi yang juga telah digunakan untuk menempatkan perwira yang setia kepadanya di posisi-posisi kunci.
Tetapi para ahli mengatakan negara-negara Barat harus memikirkan lebih dari berapa banyak kapal dan tank yang dapat dikirim oleh China.
China tidak lagi 'bersembunyi dan menawar' seperti doktrin Deng Xiaoping bahwa negara harus menyembunyikan kemampuannya saat berurusan dengan dunia luar.
Sebaliknya, China memproyeksikan kekuatan di seluruh dunia dengan sikap ekonomi, politik, dan diplomatik yang semakin tegas.
Melansir The Telegraph, ada kekhawatiran yang berkembang atas kemampuan perang dunia maya China, serta ambisinya di luar angkasa.

Perilakunya di Laut Cina Selatan, di mana ia secara bertahap membangun di atas bebatuan dan terumbu karang untuk menjalankan klaim kedaulatannya dalam apa yang dianggap PBB sebagai perairan internasional, telah menimbulkan kekhawatiran tentang rencananya di Kutub Utara.
Dan banyak analis percaya inisiatif Belt and Road senilai US$ 1 triliun, program investasi infrastruktur internasional andalan China, dapat diterjemahkan ke dalam pengaruh militer global di masa depan.
Bagaimana dengan Rusia?
Rusia tidak memiliki pengaruh ekonomi yang besar dari China. Tetapi China juga dengan rajin berinvestasi dalam kemampuan militernya sejak awal tahun 2000-an.