Jumat, 3 Oktober 2025

Bulgaria Usir 2 Diplomat Rusia karena Diduga Terlibat Spionase

Pihak berwenang di Bulgaria memberikan waktu 72 jam kepada dua diplomat Rusia agar meninggalkan negara itu.

Editor: Gigih
Olivier HOSLET / POOL / AFP
Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov yang mengenakan masker, tiba pada hari kedua dari dua hari pertemuan tatap muka Uni Eropa, di Brussel, pada 16 Oktober 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Pihak berwenang di Bulgaria memberikan waktu 72 jam kepada dua diplomat Rusia agar meninggalkan negara itu.

Dua diplomat Rusia tersebut diusir dari Bulgaria karena diduga terlibat spionase.

Pada Jumat (19/3/2021) Jaksa mengumumkan bahwa enam orang telah ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata Rusia.

Termasuk di antaranya beberapa pejabat Kementerian Pertahanan di Uni Eropa (UE) dan negara anggota NATO.

Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, pada Senin (22/3/2021), mereka mengatakan bahwa "penyelidikan awal menunjukkan dua warga negara Rusia melakukan aktivitas intelijen yang tak sesuai dengan hubungan diplomatik".

Baca juga: Dubes RI untuk Bulgaria Serahkan Surah Tugas pada Presiden Rumen Radev

Baca juga: Presiden Polandia Andrzej Duda Positif Covid-19, Sempat Bertemu Presiden Bulgaria

Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov yang mengenakan masker, tiba pada hari kedua dari dua hari pertemuan tatap muka Uni Eropa, di Brussel, pada 16 Oktober 2020.
Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov yang mengenakan masker, tiba pada hari kedua dari dua hari pertemuan tatap muka Uni Eropa, di Brussel, pada 16 Oktober 2020. (Olivier HOSLET / POOL / AFP)

"Dua diplomat Rusia telah "dinyatakan persona non grata dan diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan Rusia," kata Kementerian Luar Negeri.

Menurut stasiun televisi Bulgaria, Nova, para diplomat itu adalah perwira yang bekerja untuk intelijen militer Rusia.

Jaksa penuntut menuduh bahwa mereka yang ditangkap minggu lalu adalah anggota jaringan mata-mata yang dipimpin oleh seorang mantan perwira intelijen Bulgaria, yang istrinya berperan sebagai perantara dengan kedutaan Rusia.

Kedutaan Rusia memperingatkan dalam sebuah pernyataan di Facebook bahwa mereka dapat menanggapi pengusiran tersebut.

Ia menyatakan "penyesalan bahwa sekali lagi tindakan tidak berdasar oleh otoritas Bulgaria ini tidak akan berkontribusi pada dialog konstruktif antara Rusia dan Bulgaria".

"Rusia berhak mengambil tindakan pembalasan," katanya.

Baca juga: Buntut Ketegangan AS-China, Elon Musk Siap Tutup Pabrik Tesla Jika Dpakai untuk Spionase

Skandal Mata-mata

Hubungan antara Bulgaria dan Rusia diguncang dengan beberapa skandal mata-mata dalam beberapa tahun terakhir.

Antara Oktober 2019 hingga akhir 2020, Al Jazeera melaporkan, lima diplomat Rusia dan seorang asisten teknis di kedutaan Rusia diusir dari Bulgaria .

Perselisihan telah memperburuk hubungan antara dua bekas sekutu, yang telah mempertahankan hubungan budaya, sejarah dan ekonomi yang erat bahkan setelah jatuhnya komunisme pada 1989.

Bulgaria dianggap sebagai sekutu terdekat Rusia selama Perang Dingin.

Baca juga: Iran Mendakwa Turis Prancis atas Tuduhan Spionase dan Propaganda

Baca juga: Warga Singapura Ini Jadi Mata-mata China di AS, Kena Tuduhan Aksi Spionase untuk Kekuatan Asing

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny terlihat di titik pemeriksaan paspor di bandara Sheremetyevo Moskow pada 17 Januari 2021. Polisi Rusia menahan kritikus Kremlin Alexei Navalny di bandara Moskow tak lama setelah dia mendarat dalam penerbangan dari Berlin, seorang wartawan AFP di tempat kejadian mengatakan .
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny terlihat di titik pemeriksaan paspor di bandara Sheremetyevo Moskow pada 17 Januari 2021. Polisi Rusia menahan kritikus Kremlin Alexei Navalny di bandara Moskow tak lama setelah dia mendarat dalam penerbangan dari Berlin, seorang wartawan AFP di tempat kejadian mengatakan . (Kirill KUDRYAVTSEV/AFP)

Kasus terbaru datang dengan hubungan antara UE dan Rusia yang tegang karena pemenjaraan politisi oposisi Alexey Navalny dan keputusan UE untuk memberikan sanksi kepada pejabat tinggi Rusia atas keputusan tersebut.

Pada Senin (22/3/2021), Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau mengatakan negaranya dan sesama negara anggota Uni Eropa "berdiri teguh dengan teman kami dan sekutu NATO Bulgaria dalam tindakannya untuk melindungi kedaulatan terhadap aktivitas mata-mata Rusia yang bermusuhan".

Selama akhir pekan, Amerika Serikat (AS) juga mengatakan "mendukung Bulgaria melawan kegiatan jahat ini di wilayah mereka".

Sementara Inggris menyatakan dukungan penuhnya untuk "upaya Bulgaria dalam mengganggu jaringan mata-mata yang diduga dan mengambil langkah untuk menangani tindakan bermusuhan Rusia".

Baca juga: Tak Terima Dituding Spionase Polisi dan Ditantang Duel, Pria Ini Emosi Lalu Habisi Nyawa Tetangganya

Baca juga: Cegah Aksi Spionase, Amerika Mulai Batasi Pergerakan Para Diplomat China

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengadakan konferensi pers menjelang pertemuan para menteri luar negeri di Brussel, pada 22 Maret 2021.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan kepada Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov melalui telepon pada Senin (22/3/2021) bahwa aliansi harus bersatu melawan setiap kegiatan jahat yang menargetkan negara-negara anggotanya, kata kantor pers pemerintah.

Borissov telah meminta Rusia untuk berhenti memata-matai di negara Balkan tersebut.

Empat belas tahun setelah bergabung dengan UE, Bulgaria masih bergantung pada energi Rusia.

Dengan resornya di Laut Hitam, negara ini sangat populer di kalangan turis dan pemilik properti Rusia.

Berita lain terkait spionase

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved