Jumat, 3 Oktober 2025

Krisis Myanmar

Kudeta Myanmar: Puluhan Ribu Orang Lakukan Protes di Jalanan, Menyusul Penggerebekan Aktivis Oposisi

Puluhan ribu warga Myanmar turun ke jalanan pada hari Minggu (7/3/2021) dalam aksi protes terhadap kudeta

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Gigih
STR / AFP
Para pengunjuk rasa berkumpul di balik tameng selama demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon pada 7 Maret 2021. 

Lebih dari 1.700 orang ditahan di bawah junta pada hari Sabtu, menurut angka dari Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), sebuah kelompok advokasi.

"Pasukan keamanan memasuki daerah pemukiman dan mencoba untuk menangkap pengunjuk rasa dan menembak ke rumah, menghancurkan lebih banyak lagi," ungkap AAPP.

Keberadaan Aung San Suu Kyi

Aung San Suu Kyi (75) ditangkap ketika kudeta terjadi pada 1 Februari.

Ia tidak lagi terlihat di depan umum sampai sidang Selasa (2/3/2021) ketika dia muncul melalui tautan video di pengadilan di ibu kota, Nay Pyi Taw.

Tidak jelas di mana dia ditahan selama sebulan terakhir.

Tetapi beberapa laporan menunjukkan Suu Kyi ditahan di rumahnya di Nay Pyi Taw sebelum dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.

Suu Kyi sebelumnya menghadapi dua dakwaan mengimpor walkie talkie secara ilegal dan melanggar undang-undang bencana alam Myanmar.

Baca juga: 18 Orang Tewas Saat Unjuk Rasa di Myanmar, Para Pemimpin Dunia Kutuk Tindakan Keras Militer

Baca juga: Update Krisis di Myanmar: 18 Pengunjuk Rasa Tewas dan 30 Terluka dalam Sehari

Tetapi dakwaan lebih lanjut ditambahkan pada hari Senin (1/3/2021), termasuk melanggar pembatasan Covid-19 selama kampanye pemilihan dan karena menyebabkan "ketakutan dan kewaspadaan".

Tuduhan awal membuatnya terancam hukuman hingga tiga tahun penjara.

Tidak jelas hukuman apa yang mungkin dijatuhkan dari dakwaan baru itu, tetapi ia dilaporkan dapat dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan mendatang jika terbukti bersalah.

Kasus ini ditunda hingga 15 Maret.

Tentang Kudeta Myanmar

Militer Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari, mengumumkan keadaan darurat dan menyerahkan semua kekuasaan kepada Jenderal Min Aung Hlaing.

Hanya beberapa hari kemudian, gerakan pembangkangan sipil mulai muncul, dengan para profesional menolak untuk kembali bekerja sebagai bentuk protes.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved