POPULER Internasional: Wacana Pembentukan Partai Anti-Trump | Video Polisi Myanmar Dukung Demonstran
Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump, buntut kekecewaan mereka terhadap mantan presiden
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump, buntut dari kekecewaan mereka terhadap mantan presiden.
Pada Kamis (11/2/2021), manajer pemakzulan DPR AS merampungkan penyampaian arguman kasus mereka terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Sementara itu, Ketua Olimpiade Jepang Yoshiro Mori (83) menyatakan akan mengundurkan diri secara resmi, Jumat (12/2/2021).
Sebuah video menunjukkan sejumlah polisi Myanmar berbalik mendukung demonstran penentang kudeta militer.
1. Sekitar 120 Mantan Pejabat Partai Republik Berencana Membentuk Partai Baru Anti-Trump

Lebih dari 100 mantan pejabat Partai Republik berencana membentuk partai politik baru anti-Trump.
Melansir Forbes, para Republikan ini tidak senang dengan sikap Partai Republik sekarang terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Namun langkah ini dikritik juru bicara mantan presiden dan menyoroti keretakan hubungan di dalam GOP (Partai Republik).
Sejak kerusuhan di Capitol AS, sejumlah anggota Partai Republik berbalik menyerang Trump dan menjauhkan diri dari loyalis suami Melania ini.
Lebih dari 120 anggota Partai Republik melakukan rapat Zoom pekan lalu untuk membahas bagaimana memisahkan diri dari Partai Republik.
Ke-120 orang itu termasuk pejabat pemerintahan di era Bush, pemerintahan Reagan, hingga pejabat di masa Trump lapor Reuters.
Baca juga: Pengakuan Terbaru Bintang Porno Stormy Daniels Mengenai Hubungannya dengan Donald Trump
Baca juga: Kini Dimakzulkan, Trump Disebut Tak Menyesali Insiden Capitol dan Hubungan Rusak dengan Mike Pence
Banyak yang dilaporkan tidak senang dengan kegagalan partai itu dalam menghadapi upaya melawan demokrasi dari Trump.
Partai yang baru ini direncanakan akan menganut 'konservatisme berprinsip' yang mereka yakini telah ditinggalkan Trump.
Mantan kepala direktur kebijakan House Republican Conference, Evan McMullin mengatakan kepada Reuters bahwa ia menjadi tuan rumah rapat virtual itu.
Karena, kata McMullin, sebagian besar Partai Republik meradikalisasi dan mengancam demokrasi Amerika.
2. 4 Poin Penting Sidang Pemakzulan Donald Trump Hari ke-3: Trump Disebut Tak Sesali Insiden Capitol
Manajer pemakzulan DPR AS merampungkan penyampaian arguman kasus mereka terhadap mantan Presiden Donald J Trump pada hari Kamis (11/2/2021).
Di akhir, manajer pemakzulan memperingatkan para senator bahwa jika mereka tidak memberikan suara untuk menghukum Trump, maka itu akan menetapkan standar yang berbahaya bagi negara di masa depan.
Sidang akan dilanjutkan pada hari Jumat dengan agenda tim pembela Trump mempresentasikan bahwa mantan presiden tidak menghasut serangan terhadap Capitol.
Sementara itu, inilah hal-hal inti dari persidangan pemakzulan Donald Trump hari ketiga seperti yang dilansir NY Times.
1. Massa yang marah dan kejam datang ke Washington adalah atas undangan Trump, penuntut menyimpulkan

Manajer pemakzulan menggunakan hari terakhir argumen mereka untuk mencoba meyakinkan para senator bahwa Trump mengundang para perusuh ke Washington pada 6 Januari.
Baca juga: 4 Fakta Sidang Perdana Pemakzulan Donald Trump: Demokrat Ceritakan Kembali Suasana Kerusuhan Capitol
Baca juga: Poin-poin Inti Sidang Pemakzulan Donald Trump Hari ke-2: Cuitan Mantan Presiden Jadi Pusat Perhatian
Mereka berpendapat bahwa "pemberontak" yang menyerang Capitol tidak bertindak sendiri, menyangkal klaim pengacara Trump yang pernah dikatakan dan kemungkinan besar mereka akan menegaskan kembali klaim itu saat mereka mempresentasikan kasus mereka.
Para manajer kembali menggunakan rekaman video dari Trump dan pendukungnya untuk menyampaikan poin mereka, diselingi dengan klip kekacauan untuk mengingatkan para senator tentang bagaimana perasaan mereka saat Capitol diserang.
Mereka menegaskan bahwa kekerasan semacam itu tidak akan terjadi tanpa seruan Trump.
Seorang manajer pemakzulan, Diana DeGette dari Colorado, berbicara tentang pengalamannya selama penyerangan dan bagaimana saat dia dan yang lainnya lari ke tempat aman, dia melihat tim SWAT dengan senjata diarahkan ke para perusuh di lantai.
3. Ketua Olimpiade Jepang Yoshiro Mori Mengundurkan Diri

Ketua Olimpiade Jepang Yoshiro Mori (83) menyatakan akan mengundurkan diri secara resmi, Jumat (12/2/2021).
"Saya akan mengundurkan diri besok. Saya akan bertanggung jawab atas pengaruh luas ucapan saya," papar Yoshiro Mori, Kamis (11/2/2021) sore.
Sebelumnya pada 3 Februari lalu, Yoshiro Mori, Ketua Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, mengatakan "dewan direktur dengan banyak wanita akan membutuhkan waktu, bicara jadi panjang".
Keesokan harinya pada 4 Februari 2021, Yoshiro Mori langsung meralat ucapannya dan meminta maaf atas ucapan tersebut.
Dampaknya menyebar satu demi satu termasuk pengunduran diri sekitar 500 sukarelawan dari kancah Olimpiade dan Paralimpiade.
Mori telah terpilih 14 kali berturut-turut sejak pertama kali terpilih dalam pemilihan anggota parlemen pada tahun 1969.
Dia pernah menjabat berbagai posisi penting di pemerintahan sebagai PM Jepang dan LDP seperti Menteri Pendidikan dan Sekretaris Jenderal LDP.
Baca juga: 68 Perusahaan Jepang Memprotes, Ketua Olimpiade Mori Semakin Didesak untuk Mengundurkan Diri
Baca juga: PM Jepang: Komentar Yoshiro Mori yang Melecehkan Wanita Tidak Bagus Bagi Kepentingan Nasional
Setelah pensiun dari politik pada tahun 2012, ia menjadi ketua Komite Penyelenggara Tokyo pada Januari 2014, mempersiapkan acara tersebut.
4. VIDEO Ini Perlihatkan Sejumlah Polisi Myanmar Berbalik Dukung Demonstran Penentang Kudeta

Sebuah video menunjukkan sejumlah polisi Myanmar berbalik mendukung demonstran penentang kudeta militer.
Dalam video yang diunggah South China Morning Post, rekaman itu awalnya memerlihatkan massa disemprot dengan meriam air.
Mendapat semprotan itu, para pengunjuk rasa bertepuk tangan dan bersorak. Mereka kemudian mendapat semprotan kedua.
Baca juga: Gubernur Lemhannas: AS dan Myanmar Contoh Ekstrem Demokrasi
Di tengah semprotan kedua itulah, ada satu polisi yang mendekati demonstran. Tak lama, dua anggota lain mengikuti.
Dilansir pada Rabu (10/2/2021), mengetahui ada tiga penegak hukum beralih ke kubu mereka, massa semakin bersorak.
Baca juga: Penguasa Militer Myanmar Kembali Tangkap Orang Dekat Aung San Suu Kyi
Dalam rekaman berdurasi 2 menit 27 detik itu, massa megerumuni ketiganya yang menaikkan perisai anti huru-hara.
Seorang rekan mereka mencoba untuk menarik ketiganya. Namun, upayanya dihentikan oleh demonstran yang memeluk tiga penegak hukum tersebut.
Sejak akhir pekan, Myanmar dihantam oleh rentetan aksi damai buntut kudeta yang dilakukan militer pada 1 Februari.
Baca juga: Masuki Hari Keenam, Gelombang Unjuk Rasa dan Mogok Kerja di Myanmar Terus Bertambah
Massa menggunakan kata-kata kreatif seperti "mantanku buruk, tapi militer lebih buruk" selama berpartisipasi dalam unjuk rasa.
Mereka menyerukan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan tokoh politik lainnya dibebaskan.
(Tribunnews.com)