Sabtu, 4 Oktober 2025

Penanganan Covid

Michiko Ueda: Pemerintah Jepang Perlu Buka Analisis Sains Soal Vaksinasi Covid-19

Saat ini komunikasi sosial pemerintah dengan masyarakat minim sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga menjadi berkurang.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Michiko Ueda, Associate Profesor Sains Politik Ekonomi Universitas Waseda. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Jepang kini semakin berkurang, terutama mengenai vaksinasi Covid-19 karena tidak membuka analisis sains mengenai vaksinasi dan dampaknya.

"Pemerintah Jepang perlu membuka data analisis mengenai vaksinasi khususnya mengenai dampak dari penyuntikan vaksinasi. Jangan hanya mengumumkan saja sehingga kepercayaan masyarakat Jepang kini berkurang kepada pemerintah," papar Michiko Ueda, Associate Profesor Sains Politik Ekonomi Universitas Waseda, Jumat (5/2/2021).

Michiko Ueda mengatakan saat ini komunikasi sosial pemerintah dengan masyarakat minim sehingga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga menjadi berkurang.

"Keterbukaan data akhirnya diungkap oleh beberapa ahli penyakit menular kepada masyarakat dan hal itu perlu lebih banyak lagi untuk memotivasi dan memberikan rasa percaya diri nyaman sebelum dilakukan vaksinasi," kata dia.

Baca juga: Pembuat Cokelat Jepang Impor dari Sulawesi Alami Penurunan Penjualan 80%

Baca juga: Kemendikbud: Program SMK-D2 Fast Track Gabungkan Konsep Jerman dan Jepang

Dengan kurangnya data saintifik yang diungkap pemerintah saat ini, perasaan tidak nyaman masyarakat menjadi semakin tinggi dan merasa khawatir untuk divaksinasi.

Selain itu Ueda juga mengungkapkan mengenai anak sekokah dasar yang bunuh diri di masa lalu.

"Kebanyakan mereka karena dibully di sekolahnya sehingga bunuh diri meskipun masih sekokah dasar. Namun kini saat pandemi tampaknya tidak terdengar karena banyak waktu orang tua berada di rumah sehingga dapat mengawasi anak lebih baik lagi," papar Ueda.

Di Jepang saat ini lebih banyak wanita yang bunuh diri ketimbang pria karena kesulitan ekonomi, stres dan banyak kasus bunuh diri di rumahnya.

Selain itu bunuh diri di kalangan lansia juga banyak terjadi karena berbagai hal termasuk karena sakit, stres dan bunuh diri.

"Namun karena lansia dan sakit mungkin polisi menganggap sebagai kematian biasa, tidak sebagai kasus bunuh diri," ujarnya.

Baca juga: Hadapi Pandemi Covid-19, Tak Bisa Hanya Andalkan Vaksin, Padukan dengan Disiplin Protokol Kesehatan

Baca juga: Anda Isolasi Mandiri di Rumah? Perhatikan Gejala Covid-19 Ini, Jika Memburuk Segera ke Rumah Sakit

Karakter bunuh diri di Jepang juga menurutnya kemungkinan karena budaya kehidupan yang ada di Jepang.

"Namun tidak ada bukti data yang kongkrit mengenai keterkaitan budaya Jepang dan bunuh diri yang tinggi sampai saat ini," katanya.

Sebagai antisipasi hal tersebut menurutnya perlu diperbanyak tempat untuk konsultasi dengan berbagai orang yang stres sehingga menjauhkan diri mereka dari situasi bunuh diri.

"Selain pemeriksaan kesehatan rutin di Jepang mungkin juga bagus pemeriksaan mental dari masyarakat sehingga antisipasi dapat dilakukan lebih baik menjauhkan keinginan untuk bunuh diri," ujarnya.

Sementara itu Forum bisnis WNI di Jepang baru saja meluncurkan masih pre-open Online Belanja TokoBBB.com yang akan dipakai berbelanja para WNI di Jepang untuk warga yang ada di Jepang. Indo lengkap lewat email: [email protected]

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved