Lagi, Moskow Minta Washington Tak Campuri Urusan Internal Rusia
Blinken mengeluarkan tweet yang mengutuk penggunaan terus-menerus taktik keras terhadap pengunjuk rasa damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia.
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Para pendukung vlogger oposisi Alexei Navalny yang ditahan aparat Rusia, turun ke jalan minggu kedua berturut-turut pada Minggu (31/1/2021).
Navalny kembali ke Moskow awal bulan ini dan ditahan karena pelanggaran berulang atas persyaratan masa percobaannya menyusul tuduhan penipuan dan pencucian uang pada 2013.
Kementerian Luar Negeri Rusia telah meminta AS untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Moskow menyusul komentar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Komentar Menlu AS Blinken itu dinilai mendorong unjuk rasa tidak sah yang terjadi di beberapa kota Rusia.
"Campur tangan mencolok AS dalam urusan dalam negeri Rusia adalah fakta yang terbukti sama banyaknya dengan pemalsuan dan seruan untuk protes tidak sah lewat platform online yang dikendalikan Washington,” kata Kemenlu Rusia.
Pernyataan protes itu disampaikan secara tertulis oleh Kemenlu Rusia. Menurut mereka,dukungan Blinken adalah konfirmasi lainnya tentang peran Washington di belakang layar.
Baca juga: Rusia Menahan Lebih dari 3.000 Orang dalam Aksi Protes Pro-Alexei Navalny
Baca juga: Setibanya di Moskow, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Ditahan Pihak Berwajib
Baca juga: Polisi Moskow Menangkap Saudara Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny
Rusia juga menuduh Washington mengikuti pedoman skenario RAND Corporation pada 2019, dan "mendorong protes" sebagai bagian dari strateginya untuk "memblok " Rusia.
Minggu pagi, Blinken mengeluarkan tweet yang mengutuk penggunaan terus-menerus taktik keras terhadap pengunjuk rasa damai dan jurnalis oleh otoritas Rusia selama unjuk rasa.
Blinken meminta Moskow membebaskan mereka yang ditahan karena menjalankan hak asasi mereka, termasuk Navalny.
Bersama Blinken, akun Kedutaan Besar AS di Rusia telah men-tweet aliran tweet tentang protes, menuduh pihak berwenang Rusia menahan aktivis, jurnalis dan memblokir akses di pusat kota Moskow.
Kedutaan AS juga menyerukan Rusia agar mematuhi kewajiban internasionalnya di bidang hak asasi manusia.

Pola Interferensi Ala Amerika Serikat
Pekan lalu, Kedutaan Besar AS muncul untuk membantu mengoordinasikan protes dengan menerbitkan peta dengan rute yang diusulkan yang akan diambil oleh para demonstran.
Pada Sabtu, Duta Besar AS John Sullivan mengklaim informasi tersebut dipublikasikan untuk memastikan keamanan warga AS di negara tersebut.
Tindakan kedutaan menurutnya praktik diplomatik umum. Sebanyak 3.254 pengunjuk rasa ditahan, di antaranya lebih dari 520 orang di Moskow, pada Minggu siang.
Unjuk rasa tidak resmi dilaporkan sebagian besar berlangsung damai, meskipun sebuah van polisi terbakar di Moskow.
Seorang petugas polisi antihuru hara terluka di St Petersburg. Belum dilaporkan adanya korban luka di antara para pengunjuk rasa.
Alexei Navalny kembali ke Rusia dari Jerman pada 17 Januari 2021. Ia langsung ditahan selama 30 hari karena melanggar ketentuan masa percobaannya atas dakwaan penggelapan pada 2013.
Vlogger oposisi, yang dikenal di Rusia karena membuat video yang menyelidiki dugaan korupsi oleh pengusaha dan politisi Rusia, dibawa ke Jerman dalam keadaan koma Agustus 2020.
Ia pingsan selama penerbangan domestik dari satu kota Siberia ke kota lain. Para pendukungnya segera menuduh Moskow mencoba meracuninya dengan zat saraf level militer.
Pihak berwenang Rusia dengan keras membantah klaim ini, dan menunjukkan dokter lokal menyelamatkan hidupnya setelah dia jatuh sakit.
Pemerintah mengizinkannya meninggalkan negara itu dan diterbangkan ke Berlin untuk perawatan, sesuai keinginan keluarganya.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)